Udara terasa kering dan menyesakkan bagi Jeno, setelah mendapati sang mama benar-benar memutuskan tak akan bertahan di rumah ini. Benar pergi bahkan menyeret koper besar bersamanya, tanda ia telah mengemas seluruh barangnya.
Saat tadi Jeno meminta mamanya tidur di kamarnya pun mamanya menolak itu, mengatakan ia tak akan mau tidur di rumah yang dihuni oleh omega murahan milik papanya. Sebenarnya Jeno setuju akan hal ini, ia juga jijik tinggal satu atap dengan wanita rendahan itu. Tapi kalau ia pilih angkat kaki juga dari rumah ini, selingkuhan papanya itu akan semakin besar kepala karena merasa menang.
"Pa, kau hanya akan melihat ini tanpa mau mencegahnya?" Tanya Jeno pada sang papa yang hanya melihat kepergian matenya yang baru saja pergi mengendarai mobilnya.
Alpha dewasa itu menoleh padanya. "Itu keinginan mamamu sendiri."
"Mama tak menginginkannya." Jeno sangat yakin kalau mamanya sebenarnya tak ingin pergi dari rumah ini, mengingat banyak cerita hangatnya keluarga mereka disini.
"Harusnya papa usir wanita sialan itu, bukan membiarkan mama yang pergi. Ini rumah mama!" Jeno mulai terbawa emosi lagi.
"Kau tidak dengar tadi mamamu yang meminta kau mengunjunginya, itu artinya ia memang sudah tak ingin disini. Lagi pula, ini rumah papa." Jawab pria itu.
Jeno menggertakkan giginya menahan amarah yang ia miliki untuk sang papa. "Peringatan papa tentang aku yang sering mencelakai selingkuhanmu itu tak akan aku dengar. Selama papa masih bertahan dengan omega sialan itu, aku tak akan segan bersikap kasar padanya."
"Lee Jeno!"
Tadi saat papanya pulang, dan menemukan omega murahan itu tergeletak di lantai. Papanya langsung menatap Jeno, karena tau siapa dibalik itu. Juga langsung mengatakan segala jenis ancaman padanya, yang hanya dijawab hening oleh Jeno.
"Kalau papa membuangnya, maka aku tak akan mencelakainya lagi. Dan juga aku akan kembali bersikap baik pada papa dan tak lagi membangkang."
.
.
.Setelah kejadian di rumahnya hari itu, suasana hati Jeno benar-benar buruk bahkan pada teman-temannya sendiri pun tak kadang Jeno jadi mudah marah. Ini dipicu pikiran soal kemungkinan kecil sang mama mau kembali ke rumah, padahal Jeno berharap besar kalau harinya bisa seperti dulu.
"Ck.." Jeno berdecak kesal saat seseorang menyenggol lengannya hingga minumnya di atas meja kantin tumpah sampai mengenai bajunya.
Tanpa mau mendengar sebuah permintaan maaf atau penjelasan apapun, Jeno langsung menatap orang tersebut dengan pandangan marah. Kemudian tangannya terkepal dan melayang begitu saja pada sosok itu, yang ternyata seorang alpha juga. Jadi saat merasa tak terima atas pukulan yang Jeno berikan, alpha itu pun melawan Jeno. Hingga terjadilah perkelahian sengit antara mereka berdua.
Jika beberapa hari yang lalu Renjun merasakan pusing karena mimisan yang dialaminya, kali ini ia yakin kalau pusing yang ia rasakan karena sebentar lagi jadwal heatnya. Apalagi dengan tubuhnya yang terasa semakin mudah lelah, juga lebih lemah dari biasanya.
Renjun cukup jarang mengkonsumsi suppressant karena akan membuat siklus heatnya berantakan, jadi ia akan lebih memilih mengambil libur selama heatnya datang. Sekalian sebagai hari liburnya juga dari segala jenis pelajaran sekolah.
Pulang sekolah, Renjun sengaja menuju ruang guru untuk meminta izin tak akan ikut latihan bersama besok dengan para peserta olimpiade karena masa pre-heatnya ini yang pasti mengganggu. Begitu memasuki ruang guru, ia disambut feromon menyesakkan yang biasa keluar saat seseorang berada dalam rasa marah yang besar.
Jeno duduk dengan bahu tegap—lebih kaku dari biasanya, feromon kuat ini berasal dari Jeno. Alpha itu masih membawa emosi kesal dari perkelahian tadi, juga marahnya pada sang papa yang belum sepenuhnya ia keluarkan.
"Eh? Renjun? Maaf aku tak menyadari keberadaanmu." Omega dewasa itu menghampiri Renjun dan mendengarkan permintaan izin dari muridnya itu, dan ia tentu mengizinkan tanpa mempermasalahkan apapun.
Setelah mendapat izin itu, Renjun pun berpamitan dan keluar dari ruangan guru. Sementara Jeno masih duduk disana.
"Berhenti menjadi murid yang gemar mencari masalah, Jeno. Kau mungkin tak bisa jadi anak serajin Renjun, tapi tolong jangan senakal ini. Kau ini hanya—
Jeno tak lagi mendengar ucapan guru itu, ia segera bangkit dari tempat duduknya dan bergegas cepat mengejar langkah Renjun.
"Kau pikir dengan menyembunyikan feromonmu itu aku tak tau kau ada disana, hah?"
Renjun yang mendapat sentakan pada bahunya juga pertanyaan sinis itu kini mengerutkan dahinya, dan saat melihat tatapan Jeno yang menunjuk rasa tak suka padanya Renjun balas itu dengan tatapan kesal. Jeno ini selalu marah padanya dengan alasan tak jelas.
"Apa-apaan?! Aku tak sedang menyembunyikan feromonmu, lagi pula untuk apa aku melakukannya?!" Padahal feromonnya tak tercium karena pre-heatnya ini, selain tubuhnya yang melemah, bau feromonnya juga ikut melemah sebelum saat heat nanti keluar lebih banyak sampai bisa menggoda seorang alpha untuk menyetubuhinya.
Dalam keadaan emosi yang tak stabil, Jeno mudah marah akan hal-hal sepele. Mendengar guru tadi mengomelinya lalu menyinggung nama Renjun, yang adalah sosok pengingat Jeno pada selingkuhan sang papa. Emosi Jeno seolah ditarik lagi ke permukaan, dan membuatnya segera mengejar langkah Renjun.
"Berisik! Tak usah banyak bicara dan melawan ucapanku!" Bentak Jeno sambil mencengkram rahang Renjun, melakukan hal persis yang ia lakukan pada omega murahan perebut papanya.
Renjun mengerang nyeri, ditambah hidungnya yang mulai mencium feromon Jeno yang menguat. Tangannya mencoba melepas cengkraman Jeno pada rahangnya, tapi Jeno begitu kuat menekannya. Jarinya mencakar lengan Jeno, dan kakinya berusaha menendang kaki Jeno—yang satu ini tak bisa Renjun lakukan karena nyatanya kekuatan tubuhnya yang sudah lemah tambah lemah karena feromon Jeno yang semakin membuatnya pusing. Kakinya justru tergelincir akan gerakan rusuhnya sendiri, sampai ia jatuh.
"Akh!"
Dan Jeno masih kukuh menyakitinya sampai ia kini berjongkok di sisinya untuk mendekatkan wajahnya pada Renjun, sengaja membuat Renjun semakin mencium pekatnya intimidasi Jeno. Posisi hidungnya yang dekat dengan area leher Jeno, membuatnya mencium lebih banyak feromon alpha itu. Tangan Renjun meraih baju seragam Jeno, meminta tolong agar Jeno menarik feromon kuatnya.
Namun Jeno mengabaikan mata berkaca-kaca Renjun, juga rintih kesakitan omega kecil itu.
Renjun merasakan sesak di dadanya semakin menyakitinya, cengkramannya pada baju Jeno terlepas seiring matanya yang tertutup. Renjun jatuh tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Morning ✔
Fiksi PenggemarNOREN LEE JENO - HUANG RENJUN ⚠️⚠️⚠️ bxb mature