28. Rustling

5.7K 650 109
                                    

⚠️⚠️⚠️

Gemerisik kain seprai terdengar setiap Renjun menggerakkan tubuhnya di atas kasur, masa heatnya datang. Tubuhnya panas dan sakit karena gairahnya tak disalurkan, sebenarnya sejak semalam ia sudah merasa begitu lemas. Dan di pagi buta ia sudah meringkuk di atas ranjang dengan keringat dingin yang membasahi dahinya.

Lenguhannya mengalun saat kulitnya bergesekan dengan selimut yang kini berganti fungsi jadi pegangan Renjun diantara rasa tak nyamannya menahan gairah. Tangannya meremas selimut yang bergulung di sisi tubuhnya yang kini telanjang bulat.

Sejak pagi Renjun sudah menanggalkan seluruh pakaiannya karena rasa panas yang tak bisa ia tahan lagi, omega itu berbaring menyamping dengan kaki yang menindih gulungan selimut. Membuat tubuh bagian depannya bergesekan langsung dengan selimutnya, matanya terpejam dengan napasnya yang memburu.

Perlahan ia merasakan lagi slick  bening yang keluar dari holenya di bawah sana, seprainya kembali basah sedikit demi sedikit. Pagi tadi pun baju tidurnya sudah terkena basah dari slicknya sendiri, sekarang pun seprainya sama.

Masa heat selalu begitu merepotkan jika dilewati sendirian, seorang omega jauh lebih sensitif akan sentuhan kecil yang bahkan tak sengaja dilakukan oleh dirinya sendiri.

Renjun pun sama, ia sering mendesah nikmat hanya karena sentuhan tak sengaja saat ia membetulkan celananya. Maka ia lebih sering bertelanjang selama heat agar—lebih banyak rasa nikmat.

Ada yang mulai jadi kebiasaan gila Renjun setelah ia sadar bahwa ia memiliki keinginan untuk menjadi omega dari Jeno, ia sering berpikiran bahwa Jeno akan menyentuh tubuhnya. Bayangan panas alpha Jeno sering datang begitu saja setiap masa heatnya datang, tak jarang mulutnya mendesahkan nama Jeno saat ia dengan fantasi liarnya.

Sehari-harinya Renjun berharap bertemu Jeno lagi, dan selama masa heatnya Renjun mengharap sentuh Jeno selama gairahnya naik.

Tubuh telanjang Renjun dengan kulit putih dan halus itu kini berbaring terlentang, sebelah tangannya meremas seprai dan satu lainnya meremas selimutnya. Bayangan Jeno yang mengukung tubuhnya dengan feromon kuat yang menarik seluruh hasratnya, menjadikan dadanya membusung. Seolah dengan itu tubuhnya benar menyentuh bayangan tubuh telanjang Jeno, dan lenguhan itu kembali keluar dari mulut omega itu.

Tangannya yang mencengkram selimut kini membawa ujung selimut itu untuk menggesek puncak dadanya yang menegang, menggerakkannya perlahan dengan gerakan memutar. Membayangkan Jeno memainkan dadanya dengan jemarinya.

Napasnya semakin memburu, keringat membasahi lehernya.

Kakinya ia lebarkan dengan tak sabaran, seolah Jeno benar tengah menyentuh setiap jengkal tubuhnya. Mengecup puncak dadanya kemudian turun pada intinya.

"Ahhh." Desah Renjun, tepat saat Jeno dalam bayangannya menyentuh intinya, slicknya keluar. Membuat feromon Renjun makin tercium pekat memenuhi kamarnya.

Basah itu dapat Renjun rasakan, ia semakin melebarkan kakinya. Sekarang tangannya memilin puncak dadanya sendiri, tubuhnya mulai bergetar atas ulah tangannya yang dalam fantasinya adalah tangan Jeno. Lalu jarinya turun menyentuh bagian tubuh bawahnya yang sensitif, padahal ia hanya menggenggamnya lembut tapi itu cukup membuatnya menggelinjang dengan jerit tertahan.

Tak lama tangannya menyentuh semakin bawah, pada celah yang begitu basah. Jarinya hendak menggesek bagian luarnya, baru satu gerakan langsung membuat mulutnya terbuka menahan desahan. Tangannya yang lain meremas seprai dengan erat.

Ia sekarang ganti telungkup, kemudian mencoba menggerakkan pinggulnya untuk membuat tubuh bawahnya bergesekan dengan seprai. Puncak dadanya yang juga menegang bergesekan langsung dengan kain, desahannya teredam bantal. Tapi gairahnya tak juga usai, membuat Renjun mengerang frustasi ingin memuaskan hasrat pada tubuhnya.

Autumn Morning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang