9. Respire

6.5K 824 64
                                    

Helaan napas Jeno yang terdengar bersamaan dengan tingkahnya yang langsung memalingkan wajah saat matanya bertemu dengan mata Renjun. Dan Renjun mengerutkan dahinya melihatnya, ia bertanya-tanya sendiri sebenarnya Alpha satu itu sedang merencanakan apa lagi? Mengingat sudah beberapa kali mereka saling berpapasan, Jeno hanya akan berbalik mengambil jalan berbeda dengannya. Atau kalaupun sudah tanggung berpapasan ia akan membuang muka seperti barusan.

Itu aneh menurut Renjun, karena biasanya alpha itu akan mencari cara untuk mengganggu harinya.

Renjun mengedikkan bahunya, dan langsung menemui guru pembimbingnya yang hendak memberikan kertas pengisian data diri untuk olimpiade antar sekolah yang akan Renjun ikuti.

Sementara itu Jeno yang sejak tadi sudah lebih dulu di ruang guru, namun mesti ke kelas untuk mengambil buku. Kini duduk di salah satu kursi yang sering ia duduki juga untuk mendengar ceramahan guru soal tingkahnya.

Tangannya membuka halaman buku dengan setengah hati, Jeno benar-benar kesal dengan hukumannya kali ini. Ia disuruh mencatat semua materi yang ada di buku paket, dan itu harus ia lakukan di ruang guru. Tadi Jeno sempat protes dan mengatakan kalau ia akan mengerjakannya di kelas, tapi gurunya menolak keras apa yang Jeno ucapkan. Ia mengatakan kalau Jeno dibiarkan mengerjakannya di luar ruang guru, bisa saja nantinya Jeno akan kabur dari hukuman atau menyuruh oranglain mengerjakannya.

Yaaa, memang seperti itu rencananya. Jeno membatin. Tapi jelas rencananya tak terwujud, malahan sekarang dirinya sudah mulai menulis—dengan terpaksa.

Saat tiba-tiba Jeno menghirup feromon Renjun lebih jelas, setelah dari tadi ia hanya menciumnya samar. Hingga ia sadar kalau omega satu itu mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Kenapa masih disini?" Tanya Jeno dengan sinis, ia pikir Renjun akan langsung keluar setelah tadi berbicara dengan gurunya.

"Aku harus mengerjakan ini." Jawab Renjun, ia mendengus ternyata Jeno masih sama menyebalkannya meski sebelumnya tingkahnya cukup aneh.

Bertemu dengan Renjun adalah hal yang Jeno hindari akhir-akhir ini, karena setiap melihat wajah Renjun, Jeno selalu teringat erangan kesakitan Renjun hari itu. Dan berdekatan dengan Renjun hanya membuatnya semakin tak karuan, karena bayangan tubuh mungil omega kecil yang meringkuk sambil terisak semakin jelas muncul di kepalanya.

"Pindah!" Maka Jeno dengan cepat menitahkan hal itu pada Renjun.

"Aku tidak mau duduk dekat denganmu." Ujarnya.

Renjun mendelik kesal. "Memangnya aku mau duduk dekat denganmu? Aku juga tidak mau kalau bukan karena perintah guru."

Tadinya Jeno hendak memprotes karena biasanya Renjun duduk di kursi yang ada di depan meja guru pembimbing omega itu. Saat matanya kemudian melihat kursi yang biasa Renjun duduki kini diisi seorang alpha dari kelas lain, yang Jeno ketahui kalau ia mengikuti olimpiade juga seperti Renjun.

Jeno pun berdecak sebal. "Ck, menjauh!" Jeno mendorong kursi yang Renjun duduki agar sedikit berjarak dengannya.

"Lee Jeno, jangan bertingkah seolah kau saja yang tak suka padaku, aku juga benci padamu." Renjun kesal karena ia belum bisa mulai menulis karena gangguan dari Jeno.

"Apalagi harus mencium feromon alphamu." Lanjut Renjun sambil melirik sinis pada Jeno.

Mendengar Renjun menyinggung soal feromon alpha, Jeno mematung seketika. Matanya menatap Renjun hati-hati, omega itu terlihat mulai mengisi lembar yang ia bawa. Jeno kembali diingatkan kejadian dimana ia menyakiti omega kecil itu dengan feromonnya, dan sekarang ia bertanya-tanya bagaimana isi pikiran Renjun soal dirinya yang mungkin mengingatkan omega itu pada ayahnya sendiri.

Jeno juga jadi merasa bersal— ah, ia benci perasaan bersalah macam ini. Ia menyugar rambutnya, sebelum menendang kaki Renjun karena kesal.

Renjun yang merasakan kakinya menjadi sasaran keusilan Jeno pun melawan dengan membalas menendang kaki Jeno juga.

Renjun yang merasakan kakinya menjadi sasaran keusilan Jeno pun melawan dengan membalas menendang kaki Jeno juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kau sebentar lagi selesai?" Tanya Jeno setelah melirik tulisan Renjun. Ia mulai merasakan bosan setelah menulis satu paragraf.

Renjun melirik sebal pada alpha yang mengambil pensil miliknya, padahal tadi Jeno sendiri yang membuat tempat duduk mereka berjarak tapi sekarang alpha itu yang bergeser mendekat untuk mengganggunya.

"Aku hanya mengisi data diri, ini tak membutuhkan waktu lama. Dan aku tak hanya memiliki satu pensil." Renjun mengeluarkan pensil lain miliknya dari sakunya, kemudian kembali melanjutkan mengisi formulir itu.

Jeno melihat Renjun nyaris selesai. "Setelah ini kau masih ikut pelajaran?"

"Tentu saja, aku bukan alpha Lee Jeno yang gemar membolos." Renjun menyindir terang-terangan.

Nada bicara Renjun cukup membuat Jeno kesal, ia pun menyenggol lengan omega itu sampai tulisannya sedikit tercoret.

Renjun menghela napasnya lelah akan tingkah alpha satu itu. "Jeno, aku bisa merobek buku catatanmu." Jarinya menunjuk buku Jeno.

Dengan cepat Jeno menjauhkan bukunya dari jangkauan Renjun. "Ya jangan."

"Berhenti membuat keributan, Jeno." Ujar Renjun memperingatkan, sebelum menyelesaikan tulisannya.

"Setelah jam pulang sekolah, kau langsung pulang?" Jeno masih ingin bertanya, ia jadi penasaran dengan kegiatan Renjun setiap harinya.

Apa omega itu mengikuti les setiap pulang sekolah, atau hanya di hari-hari tertentu? Ia ingin tau seberapa banyak Renjun belajar untuk nilai sempurna yang harus ia kejar demi ayahnya.

Renjun mengerutkan dahinya, pertanyaan Jeno makin aneh menurutnya. Tapi ia tetap menjawab juga. "Tentu saja pulang. Memangnya aku alpha
Lee Jeno yang—

"Berhenti bersikap menyebalkan." Itu, Jeno yang mengatakannya.

Dan Renjun menatap tak percaya sosok Jeno. "Bukankah sejak tadi yang bersikap menyebalkan itu, kau?!"

"Mana ada, kau yang duluan duduk disini dan membuatku kesal." Sahut Jeno tak terima.

Meski ada rasa iba pada Renjun, tapi sikapnya pada Renjun yang sudah terbiasa seperti ini tak bisa ia ubah begitu saja. Karena ia memang masih memiliki rasa tak suka pada Renjun, mengingat ia agak mirip dengan omega selingkuhan papanya.

"Aku sudah mengatakannya tadi, aku juga tak mau duduk denganmu." Sentak Renjun sambil bangkit dari duduknya.

Jeno pun mendengus melihatnya, ia hendak kembali mengerjakan tulisannya saat tiba-tiba Renjun kembali.

"Pensilku!" Renjun merebutnya dari tangan Jeno.

Autumn Morning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang