4

266 37 3
                                    

SUNGCHAN melihat arlogi di tangannya. Sesekali matanya menerawang ke pintu masuk skate park yang digunakan untuk showdown malam ini.

"Winter gak dateng lagi?"

Sungchan mendongak untuk melihat Mark yang menegurnya. Ia menggelengkan kepala.

"Sebenarnya Winter ke mana sih? Bahkan gue gak bisa menghubunginya sejak dari sore." Mark bergumam pelan. Rumit! Kelibat Winter bahkan masih belum terlihat. Showdown akan berlangsung kurang dari setengah jam. Winter yang seperti ini sangat jarang terjadi. Ia biasanya menjadi orang pertama yang muncul jika ada showdown di mana-mana pun.

"Haechan juga gak lagi di sini." Renjun menghampiri mereka berdua sambil menggandeng deck.

Chenle turut mendekat setelah memastikan wheel skateboardnya dalam kondisi baik. Jika tidak dipastikan apakah wheel berfungsi dengan baik atau tidak, kecelakaan yang tidak disengaja bisa saja terjadi. Saat ini Chenle hanya mendengar mereka semua bertanya tentang Winter sebelum menjawab. "Haechan baru aja nelepon gue. Ia bilang akan telat dikit. Ia harus ke rumah Winter duluan. Haechan juga bilang kalo Winter nyuruhnya mampir buat ngambil Spicy Paradise."

"Haechan yang ngambil?" Sungchan mengkonfirmasi apa yang dikatakan Chenle barusan.

Chenle mengangguk mengiyakan. Ia tahu ini pasti sangat sulit dipercayakan. Sulit karena Winter menyuruh Haechan untuk mengambilkan deck yang akan digunakan untuk pertunjukan mereka. Sulit karena Winter tidak pernah mengizinkan orang lain menyentuh decknya selama showdown. Winter sering bilang kalau ia takut mereka akan cemburu dan mengkhianati decknya meskipun itu tidak akan pernah terjadi dalam klan mereka.

⭐⭐⭐

DADA Winter serasa mau meledak mengingat kenakalan anak-anak Om Siwon. Keempat anak itu dengan senang hati mengotori lantai rumah dengan air sabun.

Jisung mengatakan air sabun itu berasal dari kamar mandi Lami. "Lami emang kayak gitu saat mandi, mbak. Ia sering sekali main air sabun." Jisung menambahkan ketika ia bertanya sebelumnya.

Winter bukannya tidak tahu bahwa anak-anak itu sengaja ingin mempermainkannya. Ia harus menyekop semua air sabun yang ada di lantai. Pinggangnya terasa sakit padahal ia harus bersiap untuk showdown malam ini. Showdown! Ia berkeringat di dahi memikirkan showdown yang akan berlangsung malam ini. Winter melihat jam tangannya. Tidak! Waktunya cuma tinggal setengah jam lagi sebelum acara bermula. Untungnya saat ini ia sudah siap berkemas. Winter segera membawa semuanya ke dalam gedung simpanan peralatan. Ia segera membuang celemek dan syal putih yang sering ia kenakan. Winter sudah tidak bisa berjalan dengan tenang. Ia berlari ke mana-mana. Jika ia tidak ada showdown malam ini, itu sama saja dengan mengkhianati klan.

Winter mendorong pintu kamarnya yang terletak di sisi kanan dapur. Matanya melihat ke kiri dan kanan untuk memastikan bahwa tidak ada sesiapa pun saat ini. Ponselnya berdering. Tanpa melihat nama si pemanggil, Winter menjawab.

"Kim Minjeong, kalo lo gak dateng dalam rangka waktu lima menit, jangan harap lo bisa ngongkrong dengan kami setelah ini."

"Sungchan, lo napas dulu kek. Gue sendiri di sini kayak gak punya napas buat ngejar waktu." Sungchan kenapa? Kenapa harus repot menelepon ia kalau cuma berniat memarahinya.

"Gue berusaha hubungi lo ratusan kali! Kenapa lo malah baru aja jawabnya?"

Winter menjepit telepon dengan pundak. Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas sambil berjalan.

"Win, kalo orang ngomong itu gak seharusnya lo cuma di..."

Klik!

Winter mematikan ponselnya. Ia tidak akan aman selama ia tidak berada di park. Winter menggelengkan kepalanya berusaha untuk bertenang. Winter memastikan sekali lagi bahwa semua pekerjaannya sudah selesai. Jika bukan karena anak-anak itu, ia pasti sudah berada di park sejak lama. Semua itu tidak akan ada masalah karena waktu kerjanya sudah habis. Winter menimpali sendirian.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang