5

247 32 15
                                    

JUG hijau bening itu diletakkan dengan hati-hati. Tangannya meraih cangkir-cangkir dan menatanya satu per satu di depan kursi. Lami masuk ke dapur dengan wajah yang tidak reaktif. Padahal ia sudah bersiap dengan seragam sekolahnya.

"Mbak Minjeong." Sapanya sambil menarik kursi.

Winter memalingkan wajah dari cangkir ke Lami. "Ada apa, Lami?" Jug diambil kembali dan ia menuangkan cokelat panas ke dalam cangkir.

Ningning dan Seunghan masuk ke dapur secara bersamaan setelah itu.

"Apa Lami udah ngomong ke Mbak Minjeong?" Ningning bertanya sambil menarik kursi di sebelah Lami. Seunghan hanya diam seperti biasa karena anak itu memang tak banyak bicara seperti saudaranya yang lain.

Winter mengukir sebuah senyuman kecil. Pasti mereka sedang mencari akalan untuk mempermainkan ia lagi. Tepat saat itu Jisung masuk.

"Mbak Minjeong, nanti tolong kemasi kamar Kak Jaemin."

"Kamar siapa?" Winter balik bertanya. Setahunya, tidak ada orang bernama Jaemin di rumah ini. "Harus dikemas serapi apa?"

Jisung memutar bola matanya ke langit. Asisten rumah tangga baru ini memang suka sekali bertanya. Mana pertanyaannya tidak masuk akal sama sekali. Ia menarik kursinya. Sudah namanya asisten rumah tangga, seharusnya Minjeong Minjeong ini berkelakuan seperti asisten rumah tangga yang sewajarnya. Desis Jisung dalam hati.

Winter meraih cangkir Jisung dan menuangkan cokelat panas ke dalamnya sebelum meletakkannya di depan Jisung seperti yang dilakukan sebelum ini kepada yang lain.

"Mbak Minjeong harus mengganti sprei dan bersihkan semuanya. Yang jelas harus bersih karena Kak Jaemin akan tinggal di sini untuk beberapa hari."

Winter mengangguk. Nanti ia akan bertanya pada Yuri siapa Kak Jaemin yang dimaksud Jisung.

"Mbak Minjeong gak papa, kan?" Jisung bertanya. Terdengar nada sarkastik.

"Kenapa? Emang kakak terlihat kayak mau mati?" Winter balik bertanya. Seperti yang diduga, Jisung pasti berpikir bahwa rencana mereka semalam akan membuatnya putus asa untuk bekerja di sini. Meskipun merasa pinggangnya seperti ingin patah, Winter masih menyunggingkan senyumnya. Mana mungkin ia menunjukkan kalau ia sedikit terkesan dengan tindakan mereka.

Ningning yang sedang memasukkan makanan ke dalam mulutnya menatap wajah Winter. Terlihat tenang. Ningning mengangkat bahunya. Apa pedulinya ia jika Winter merasa sakit hati dengan sikap mereka. Lagipula, Winter bukan siapa-siapa dalam hidup mereka.

"Oh iya, mbak. Nanti tolong antarkan Lami." Ningning bangkit berdiri.

"Benar, mbak. Lami mau ke sekolah dengan jalan kaki. Lagipula sekolahnya dekat kok." Seunghan ikut bangkit mengikuti langkah Ningning.

"Baiklah." Winter terlalu malas untuk berdebat. Bukannya ia tidak tahu kalau mereka sengaja memanfaatkan Lami untuk membulinya. Padahal sebelum ini Lami berangkat ke sekolah bersama mereka, tiba-tiba hari ini ia diminta untuk mengantar Lami juga. "Kalian semua hati-hati."

Jisung mencebik. Sejak kapan asisten rumah tangga bertingkah peduli seperti ini? Wajahnya membeku. Benar-benar kacau kelakuan asisten rumah tangga ini.

"Aku mau ke sekolah dulu."

Winter tidak menjawab. Ia hanya mengangguk sambil tangannya dengan cekap mengambil cangkir yang telah digunakan.

"Mbak Minjeong."

Winter memalingkan wajahnya.

"Pastikan Lami tiba selamat di sekolah."

Winter melirik Lami yang masih makan. "Emangnya kamu pikir kakak mau menjualnya ke siapa kalau gak antar ke sekolah?" Cangkir-cangkir itu dimasukkan ke dalam nampan.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang