WINTER dan Jaemin sama-sama terdiam saat mereka melangkah masuk ke dalam aula. Winter tenggelam dalam pikirannya sendiri. Genggamannya mengencang pada lengan Jaemin yang berjalan di sampingnya dengan tenang. Tak disangka ia akan menghadiri acara yang selama ini ia hindari. Apalagi datang dengan mengenakan gaun mewah seperti ini. Semua mata menatapnya. Winter hanya ingin mundur guna menghindari tatapan yang menimbulkan ketidaknyamanan buatnya.
"Pasti kamu sekarang ngerasa pengen pulang, iya kan?"
Winter kembali ke dunia nyata. Ia tersenyum dengan gugup. Jika bukan karena Jaemin, sudah dipastikan ia bakal kabur kembali ke rumah.
Jaemin terpana seketika melihat riak wajah Winter yang tersenyum gugup namun tetap manis di matanya. Ada rasa bangga dalam diri saat semua mata tertuju padanya. Bukan pada dirinya tapi lebih kepada Cinderella di sebelahnya. Sepertinya ia harus berterima kasih pada Karina yang telah membantunya menghubungi perancang khusus gaun itu tanpa sepengetahuan Winter. Ia menatap Winter di sebelahnya. Siapa sangka Winter terlihat begitu cantik dengan gaun itu. Jaemin tidak mampu menidakkan lagi kecantikan luar biasa Winter malam ini.
"Lo kenapa gak bilang dari awal ke gue?" Jaemin mengetuk perlahan kepala Jeno dengan buku. "Kalo aja gue tahu Winter itu siswa di sini, gue pasti gak akan buli ia di rumah bokap gue."
Jeno memutar matanya ke langit sambil mengusap kepala yang menjadi mangsa kekerasan Jaemin. "Emangnya lo pernah ngomong ke gue kalo art di rumah lo adalah manusia yang lo panggil Minjeong itu?"
Jaemin mengerutkan keningnya. "Emangnya gue gak bilang ya namanya? Gue benar-benar gak percaya kalo Minjeong yang jadi art di rumah bokap gue adalah orang yang sama dengan siswa sekampus dengan gue. Tapi kok gue yakin banget kalo lo sebenarnya udah tahu dari lama?" Ia berhenti sejenak melihat riak di wajah Jeno.
Jari Jeno berhenti mengusap dahinya. Ia beralih mengucek-ucek hidungnya.
Jaemin mengangguk. "Tu kan lo emang udah tahu dari awal. Kenapa lo gak bilang-bilang?"
"Winter sendiri yang gak mau lo tahu. Gue bisa apa kalo gak cuma nurut. Winter itu udah gue kenal dari lama. Jadi, lo gak tahu ia itu gimana."
Jaemin tahu kalau Winter itu Minjeong. Kata Jeno, Winter itu nama panggilan untuk Minjeong. Hanya saja Jaemin lebih terbiasa dengan nama Minjeong. Jadi, ia agak kikuk untuk menggunakan nama Winter membuatkan ia mengambil keputusan untuk memanggil dengan nama Minjeong saja. "Lo udah mengenalnya sejak lama, kan? Jadi sekarang lo cerita deh ke gue ia itu orangnya gimana. Gila banget kalo gue mikir-mikir. Gue gak tahu gimana ia bisa melakukan semua hal dalam satu waktu. Gak pernah gue ketemu orang kayak Minjeong. Tapi sumpah deh Minjeong itu beda banget waktu udah ketahuan kalo ia itu sama siswa kayak gue."
"Beda gimana?"
"Erm..." Jaemin tampak berpikir. Kemudian ia tersenyum. "Kalo di rumah mau gue nyuruh ia lakukan apapun, bakal ia nurut tanpa banyak soal sebelum ini. Tapi saat semuanya terbongkar, mulutnya benar-benar gak tahu diam. Ada aja jawabannya yang kadang-kadang bikin gue kesal."
Alis Jeno terangkat sebelah. "Gue ngerasa kalo lo tahu sepenuhnya gimana seorang Winter itu, lo pasti shock berat." Perlahan saja ia menggumam.
"Lo ngomong apa?" Ia tidak mendengar banyak dari apa yang Jeno katakan barusan.
"Gak ada apa-apa tapi Jaem, lo kayaknya harus kurangin deh gangguin Winer terus."
"Emangnya harus?"
Jeno hanya mengangguk. "Kalo mau kena geplak ya udah terusin aja."
Jantung Yeri terasa akan meledak saat melihat Jaemin masuk bersama Winter dan membuat acara malam ini seperti milik mereka. Sial, ia seperti menghadiri upacara pernikahan mereka berdua. Semua mata tidak bisa lepas dari Winter. Lebih memilukan lagi ketika Jaemin dan Winter begitu santai berjalan di hadapannya menghampiri meja tanpa tergambar perasaan apapun. Mereka langsung duduk di meja yang sama dengan Karina dan Jeno tanpa mempedulikan keramaian. Yeri mulai merasa tertantang. Ia berjalan meninggalkan meja itu dengan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You✔️
FanfictionWinter, gadis skater dari Thunder Clan yang serba bisa seperti mengalami mimpi buruk saat tiba-tiba diminta bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga teman kepada orang tuanya. "Kalau adek gak mau, papa akan bakar deck yang ditata indah...