32

143 23 7
                                    

"WINTER jatuh waktu showdown. Serious injury."

Hal yang membuat dunia Jaemin tiba-tiba terasa gelap.

"Dan kecelakaan yang terjadi itu kecelakaan yang dirancang."

Yang membuatkan Jaemin menggenggam ponselnya seperti akan pecah.

"Ulah Lucas. Ternyata Lucas dan Yeri saling kenal."

Yang membuatkan Jaemin menutup matanya rapat-rapat, cuba mencerna apa yang tadi ia dengar dari Sungchan.
Ponsel yang berdering sekali lagi membuatkan Jaemin cepat menjawabnya.

"Jaemin?" Suara Jeno ternyata menyapa lebih dulu. "Apa lo udah tahu? Gue dan Karina bareng adek-adek lo sekarang. Kita mau pergi ke rumah sakit. Winter..."

"Gue tahu." Entah suaranya keluar atau tidak. Panggilan dari Jeno yang mengatakan soal rumah sakit dan menyebut nama Winter itu benar-benar membuatnya pusing. Tanpa disadari, jaket denim Winter yang sejak tadi ada di tangannya didekatkan ke dada. Jaket yang kini sudah menjadi penghuni tas ranselnya yang dibawa ke mana-mana.

"Lo ada di mana? Udah mendingan apa enggak? Kalo lo mau, gue bisa kok jemput lo setelah antar Karina sama adek-adek lo ke rumah sakit."

"Jen, gue mohon bawa adek-adek gue pulang ke rumah papa gue dulu."

"Lo kenapa sih, Jaem? Ini mereka semua mau ke rumah sakit buat ngelihat kondisi Winter. Winter lagi parah, Jaem." 

"Jeno, gue mohon. Bawa adek-adek gue pulang ke rumah. Nanti gue yang bakal ngomong ke mereka."

"Lo sendiri gak mau ketemu dengan Winter?"

"Gue lelah." Kepalanya terasa bingung. Tiba-tiba Jaemin merasa tidak punya kekuatan untuk menghadapi semua orang.

"Jaem, lo batu banget gue bilangin. Gue ingatkan lo sekali lagi jangan sampai lo kehilangan Winter."

"Jeno, please. Gue benar-benar capek dan gue cuma pengen tidur." Panggilan telepon itu langsung dimatikan dan Jaemin hanya mampu memeluk erat jaket denim yang masih tersisa wangi Winter yang cukup terasa dekat dengannya. Tanpa disadari, air mata Jaemin jatuh buat kesekian kali.

⭐⭐⭐

SUASANA dalam mobil itu hening seolah-olah tidak ada orang di dalamnya. Jeno mencengkeram setir untuk menahan perasaannya saat melihat wajah sedih Jisung, Ningning, Seunghan, dan Lami. Riak di wajahnya sendiri sudah membeku. Karina yang duduk di kursi sebelah juga tidak bisa berkata-kata. Masing-masing dari mereka hanya bisa memendam perasaan tidak terluah.

Ningning dengan lembut meremas tangan Jisung untuk memberinya kekuatan pada sang kembaran meski ia sendiri rapuh apalagi Lami masih menangis dalam pelukannya. Seunghan lebih memilih untuk diam di kursi paling belakang. Mereka merasakan dunia mereka jadi hampa terlebih lagi setelah Jeno mengubah haluan kembali ke rumah. Meskipun Jeno tidak memberi tahu mereka alasannya, keempat saudara itu seolah mengerti kalau Jeno hanya mengikuti apa yang diminta oleh kakak mereka.

Sepanjang perjalanan satu demi satu kenagan bersama Winter melintas di ruang mata mereka berempat.

Ningning menggigit bibirnya.

"Ningning harusnya bersyukur karena ada Kak Jaemin yang sebenarnya peduli ke kamu. Jadi gak usah ribut terus dengan Kak Jaemin, ya? Ia melakukan semua itu karena ia peduli ke kamu tapi namanya juga cowok, tsundere ia."

"Kalo Kak Minjeong sayang gak sama aku?"

Winter membuang muka. "Ya, sayanglah."

Jisung hanya membiarkan Ningning menggenggam erat jemarinya dengan pandangan dibiarkan menala ke luar jendela.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang