6

255 32 12
                                    

WINTER seperti ingin berteriak sekuat mungkin dengan kelakuan anak-anak Siwon yang menurutnya sudah keterlaluan. Sudah berbagai hal yang dilakukan para anak itu kepadanya. Untungnya, ia sudah mengetahui taktik mereka. Mereka mengobrak-abrik ruangan, mereka membuat dapur yang tadinya sudah cantik menjadi seperti tempat pembuangan sampah. Mereka membuatnya naik darah di pagi hari dengan gangguan lain. Untungnya, ada Yuri dan Luna yang selalu mengingatkannya kalau keempat anak itu sengaja ingin membuatnya tidak betah bekerja di sini.

"Ningning, kakak tanya sekali lagi. Kamu dari mana? Malam-malam begini kamu kemana?" Suara Jaemin terdengar sedikit tinggi.

Winter yang baru saja ingin ke kamarnya berhenti di ruang tamu. Terlihat Jaemin sedang berpeluk tubuh di depan Ningning dengan tatapan tidak bersahabat.

Ningning yang awalnya diam kini menatap tepat ke arah wajah Jaemin. "Aku cuma pergi ke pesta ulang tahun Yujin. Kenapa Kak Jaemin mau nyari ribut? Aku gak ke mana-mana, cuma ke rumah Yujin!"

"Jam dua belas tengah malam kek gini kamu ke pesta ulang tahun?"

"Kak Jaemin, aku benaran gak pergi ke mana-mana. Emang salah kalo aku pergi ke pesta ulang tahun teman sendiri?" Ningning mulai menunjukkan wajah tidak puas hatinya. "Lagipula, sejak kapan Kak Jaemin peduli soal aku?" Ia memutar matanya ke langit.

Winter melihat ke arah jam. Pukul dua belas tengah malam. Sudah sepantasnya Jaemin marah. Ningning adalah adik perempuannya. Wajar jika Jaemin merasa khawatir sehingga marah.

"Ningning!" Suara Jaemin terdengar keras.

"Apa? Emang benar kan? Kak Jaemin mana peduli dengan kita sebelum ini. Jadi, gak usah ikut campur mau aku lakuin apa juga."

"Vivi Choi!!!"

Tangan Jaemin yang hampir melayang membuat Winter kaget sebelum ia menghentikan dengan bersuara cepat. "Den Jaemin!"

⭐⭐⭐

WAJAH Jaemin sulit untuk menafsirkan riak pada saat itu. Winter sedang menyeduh kopi panas. Jaemin duduk di kursi di depan meja formika di dapur. Winter mengambil air seduhan dan berjalan ke arah Jaemin. Cangkir kopi diletakkan di depan Jaemin. Setelah itu, ia mundur beberapa langkah.

Tangan Jaemin memegang gagang cangkir putih sebelum mengangkat wajahnya untuk menatap Winter.

Winter menelan ludah beberapa kali. Kenapa harus melihatnya seperti itu? Ya ampun, apa Jaemin sadar kalau mereka itu berada di satu universitas yang sama?

"Kim Minjeong." Akhirnya setelah beberapa menit hening, Jaemin angkat bicara. "Duduklah, aku mau ngomong."

Segala menyuruh Winter duduk juga, apa yang Jaemin ingin bicarakan?

"Duduklah, aku benaran hanya mau ngomong." Ujar Jaemin yang sepertinya mengerti pertanyaan dalam kepala Winter saat itu.

Winter mengangguk pelan sebelum menarik kursi di sebelah Jaemin. "Ada apa, aden?"

"Minjeong." Suara Jaemin ketika itu terdengar sedikit tinggi.

"Iya, den." Ia menjawab dengan menunduk.

Jaemin menatap Winter yang mengenakan seragam asisten rumah tangga berwarna putih campuran hitam. Kenapa jadi lucu?

Winter perlahan menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukannya Jaemin ingin berbicara? Tapi kenapa malah terus-terusan menatapnya? "Aden, apa yang ingin aden omongkan?" Ia bertanya dengan perlahan. "Karena kalo gak ada apa-apa yang mau aden omongin, aku mau tidur. Aku harus bangun pagi-pagi sekali besok soalnya masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang