39

177 17 8
                                    

JAEMIN memaksa untuk membuka matanya meskipun sulit. Kepalanya terasa seperti ada batu di atasnya. Ia mencoba memejamkan matanya kembali saat merasakan seperti dunia berputar dengan cepat. Tangannya dengan cepat diangkat untuk menekan pelipis. Sungguh Jaemin pusing. Ini ia sebenarnya ada di mana?

Jisung yang berada di ujung sofa yang ada di kamar mula menyadari kalau Jaemin sudah sadar. Ia langsung bangkit dari sofa dan menghampiri sang kakak. Terlihat Jaemin sedang menekan pelipis sendiri membuatkan Jisung hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tidak pernah terjadi lagi kakak satu-satunya yang Jisung ada melakukan hal seperti ini. Saat mendapat telepon dari Paman Baekhyun, mereka sekeluarga bergegas kemari. "Kak Jaemin?"

Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang cukup familiar Jaemin memalingkan wajahnya ke arah sumber suara. "Jisung." Ia menyeru nama sang adik cukup perlahan. Tengkorakan terasa perih. Suaranya malah jadi parau.

"Apa masih sakit?" Jisung duduk di samping kakaknya di sisi tempat tidur sambil membantu Jaemin untuk bangun dari baringnya dan bersandar .

"Lebih mendingan." Jaemin tersenyum lemah. "Tapi ini bukan rumah kita, kan? Kamar siapa ini?"

Jisung hanya tersenyum kecil. "Yakin gak tahu ini kamar siapa? Padahal yang ke sini juga ia sendiri. Sok jadi main character banget. Kalo mau tahu, lihat aja foto yang ada di atas meja itu." Bibirnya muncung ke bingkai foto berkembar di atas meja di samping tempat tidur. "Kamar orang yang selama ini kakak tunggu-tunggu."

Jaemin menoleh perlahan. Seketika ia menelan saliva. Tangannya terangkat untuk meraih bingkai foto itu. "Minjeong." Bingkai foto itu disentuhnya dengan lembut. "Minjeong di mana sekarang?"

Lama Jisung merenungkan Jaemin. "Lagi istirahat di kamar Haeun. Ia juga kehujanan. Kak, ini sebenarnya apa yang terjadi?" Wajah Jaemin yang masih merenungi foto di tangan, Jisung tatap lama. Kali ini, wajahnya serius.

Jaemin hanya tersenyum dan membiarkan soalan Jisung tidak langsung dijawab.

"Kak Jaemin, apa kakak tulus mencintai Kak Minjeong?"

Jaemin masih lagi tidak menjawab. Hanya senyuman sayu pada foto yang masih belum pudar.

Jisung menghembuskan napas berat sambil menggelengkan kepalanya. "Kalo Kak Jaemin gak tulus sama Kak Minjeong, kali ini aku gak mau bantu lagi."

Jaemin menelan ludah. "Kakak mencintainya. Kakak mencintainya gak peduli gimana kondisi ia atau siapa ia." Bergetar suaranya mengucapkan kalimat yang selama ini ia simpan sendiri.

"Kakak benaran gak bakal mempermainkan perasaan kalian lagi, kan?" Mata Jisung masih tak beranjak dari wajah Jaemin. "Aku gak mau kalo gara-gara ini Kak Minjeong bakal jauh lagi dengan kita."

Jaemin tidak menjawab. Hanya kembali merenungi foto Winter yang berada di atas kursi roda. Satu lagi dengan Thunder Clan. Minjeong, apa gadis itu masih memiliki perasaan yang sama dengannya?

⭐⭐⭐

WINTER berkira-kira untuk masuk atau mundur saja? Ia bahkan menelan saliva walaupun cuma memikirkan sama ada ia mau masuk atau tidak. Ia sudah lama berada di depan kamarnya. Sejak tadi ia mendengarkan setiap percakapan Jaemin dan Jisung satu demi satu. Ia tahu mendengarkan pembicaraan orang lain tanpa kebenaran adalah sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan tapi masalahnya yang sedang dibicarakan adalah tentang dirinya. Ia sendiri juga tidak ingin beranjak dari tempat itu meskipun hatinya menentang. Pikirannya mulai mengembara kemana-mana. Apa ia sudah bertindak terlalu jauh? Suara di dalam kepalanya bertanya lebih dulu disusuli dengan suara tawa di meja makan seolah semuanya baik-baik saja. Hatinya diselimuti dengan segala macam hal. Sungchan dan anggota Thunder Clan lainnya terlihat marah padanya sejak mereka tiba. Haeun juga tidak mau berbicara dengannya. Seunghan, Ningning dan Lami hanya tersenyum hambar. Mama, papa, Om Siwon dan Doyoung tidak mengatakan apa-apa. Hanya Jisung yang menyapanya tadi. Mereka seperti menyalahkannya setelah apa yang terjadi pada Jaemin.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang