16

185 19 2
                                    

HAMPIR menyembur ke mana-mana minuman yang Jeno minum. Gelas berisi jus jeruk di tangannya segera diletakkan. Ia mengalihkan pandangannya ke Jaemin yang duduk bertentangan dengannya. Wajah itu tenang tapi dari cara bicaranya pun, ia tahu bahwa Jaemin sedikit khawatir. Apa yang membuat Winter menjadi gila? Memangnya gadis itu pikir kalau mereka berada di era dongeng seperti sinetron yang ia tonton waktu kecil? Permintaan yang tidak masuk akal? Sepatu kaca Cinderella? Kenapa tidak sekalian Winter minta dibawakan mobil labu saja?

Jaemin menggelengkan kepalanya perlahan. "Mukanya gak usah kayak gitu juga, oon. Lo udah kayak dengar kalau benaran ada UFO mau turun di wilayah ini." Jaemin bersuara dengan wajah tidak puas. Hari ini ia sudah kembali ke apartemen. Tak sampai setengah jam, bel berbunyi. Ia membukanya dan mendapati ada Jeno berdiri di depan pintu.

Jeno masih menatap wajah tenang Jaemin. Untung saja Karina tidak meminta sesuatu yang aneh dan rumit seperti Winter. Tapi ia masih tidak habis pikir, sejak kapan Winter menjadi seperti itu? Jeno tiba-tiba menyadari sesuatu. Benar, Winter meminta sesuatu sebagai alasan buatnya untuk menolak secara halus. Dasar Winter dan otak gilanya itu.

"Jaemin, kamu kemana sih udah kayak menghilang ditelan bumi. Sulit banget cuma mau ketemu kamu sekarang." Yeri tiba-tiba muncul di ruang tamu apartemen Jaemin.

Mata Jaemin membulat. Bagaimana Yeri bisa masuk? Bukankah ia sudah mengganti kata sandinya? Aduh, kedatangan Yeri secara tiba-tiba membuatkan Jaemin jadi sakit kepala. Ia menarik napas dalam-dalam. "Kenapa kamu ke sini? Gimana caranya kamu bisa masuk? Gak tahu apa kalo ini rumah cowok masuknya langsung kayak gini." Jaemin bersuara datar. "Kamu gak tahu sopan santun apa gimana sih masuk ke rumah orang?"

Tidak heran lagi kalau Yeri hanya menggelengkan kepalanya santai. Ia menoleh pada Jeno tidak mempedulikan sindiran Jaemin. "Aku punya seribu cara buat masuk. Jeno, bisa gak lo tinggalkan kita berdua?" Tatapan tajam Yeri kembali tertuju pada wajah Jaemin. "Ada yang ingin gue bicarakan dengan teman lo ini."

Jaemin terus menggelengkan kepalanya ketika Jeno terlihat ingin berdiri. "Lo harus tetap di sini, Jen! Gak usah pergi kemana-mana!" Muktamad. Suaranya tegas membuatkan Jeno kembali duduk seperti anak kecil yang diperintahkan orang tuanya agar tidak berulah.

Yeri menganga. "Kamu kenapa sih, Jaem? Aku itu butuh privasi buat ngomong sama kamu. Aku mau bicara sesuatu yang gak bisa orang lain dengar soalnya ini antara aku dan kamu."

Jaemin sekali lagi menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ini Yeri kenapa susah banget dibilangin? Jaemin mengambil keputusan untuk terdiam sejenak membiarkan Yeri berdiri di depannya dengan wajah benar-benar marah. Merasakan sedikit bertenang, Jaemin menarik napas sebelum menatap wajahnya Yeri kembali.

Yeri menyilangkan tangannya. Kenapa Jaemin sering melayaninya seperti ini? Tidak tahukah Jaemin kalau Yeri benar-benar sayang ke dirinya? Mana rumor yang ia dengar dalam beberapa hari terakhir mulai berputar-putar di kepalanya. Jaemin dengan perempuan lain? Rumor tidak berdasar mengenai Jaemin yang mengajak perempuan itu untuk menjadi pasangannya di Dream Night benar-benar mengganggu Yeri.

"Kamu mau ngomong apa sih sebenarnya?" Pertanyaan Jaemin mengagetkan Yeri.

Tanpa disadari, Yeri terus duduk di sisinya. Tangan kanan Jaemin ditarik ke dalam genggaman.

Jeno menganggap kalau ia tidak melihat semua ini. Ia lebih memilih untuk melihat ke luar jendela. Sepertinya pemandangan di luar lebih baik daripada menonton drama di depannya.

"Jaemin, kamu bakalan jadikan aku sebagai pasangan kamu buat ke acara Dream Night nanti kan?" Nada suaranya sudah berubah. Tidak lagi marah-marah dan ketus seperti tadi. Lekuk tubuhnya juga tampak menggoda.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang