7

233 27 6
                                    

JAEMIN berlari keluar dari mobil dan menuju ke kafe. Panggilan Jeno tadi membuatnya cemas. Yeri sudah kembali padahal masih terasa baru sejak Yeri pergi.

"Jaemin, aku akan kembali ke Jerman selama beberapa bulan. Aku harap selama aku di sana kamu gak akan main sama orang lain di sini. Kalo aku tahu kamu temui cewek lain, awas kamu!"

Jaemin tidak tahu apakah ia dan Yeri berada dalam hubungan yang bisa ia sebut sebagai sepasang kekasih. Yang Jaemin tahu adalah ia tidak memiliki perasaan pada Yeri dan ia tidak tahu sejak kapan ia dan Yeri mulai dekat sehingga disalah arti sebagai pasangan. Mungkin karena mereka sering menghabiskan waktu bersama sejak berada di Jerman.

"Choi Jaemin!"

Rasa panas menjalar ke wajah ketika semua mata tertuju padanya begitu Yeri meneriakkan namanya saat ia masuk ke dalam kafe.

"Yeri, kapan kamu pulang? Ngapain aku gak tahu sama sekali?"

Yeri berjalan menghampiri Jaemin. Ia langsung memeluk pria itu. "Sayang, kenapa kamu jadi kurusan? Apa gara-gara kamu merindukan aku, ya?" Yeri menatap Jaemin yang terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka ketemu.

Karina yang sedang bersama Jeno  memasang mimik muka. Yeri terlihat seperti ulat bulu pada pandangan Karina. Untung saja Winter tidak ada di sini. Kalau tidak, Karina bisa pastikan kalau Winter akan muntah darah. Ia seketika menatap Jeno. "Lee Jeno, ngapain sih kamu minta aku buat duduk di sini barengan?"

Jeno membalas tatapan Karina. Ia tahu Karina tidak menyukai Yeri. "Rin, kamu tega ngelihat aku cuma duduk berdua dengan cewek itu?" Suara Jeno terdengar pelan. Matanya melirik ke arah Yeri dan Jaemin yang berdiri tak jauh dari mereka.

Karina menghembuskan napasnya dengan kasar. "Aku gak suka berada dekat dengan cewek itu." Ia meneguk minumannya dengan rakus.

"Rin, aku tahu. Aku tadi nyuruh kamu duduk bareng di sini karena aku terlalu malas untuk mendengarkan ia ngomong." Jeno memaksa Karina untuk duduk bersamanya dan Yeri di kafe sementara menunggu Jaemin datang.

Karina mengambil ponselnya. Ia mencari kontak Winter. Ia harus memberitahu temannya itu untuk menunggunya kembali di tempat parkir. Sebelumnya ia yang memaksa Jeno agar membawa Yeri menjauh dari Winter setelah mengetahui bahwa Jeno menghubungi Jaemin. Karina tidak ingin rahasia yang disimpan Winter terbongkar.

Air yang baru saja masuk ke dalam mulutnya muncrat keluar. Matanya menatap Winter tak percaya. "Lo gak lagi bohong?"

"Ngapain gue bohong, gila? Benaran gue sekarang kerja jadi art di rumah bokapnya Jaemin. Teman papa itu ternyata papa Jaemin."

Karina mengambil tisu yang ada di depannya lalu mendekatkan tisu itu ke mulut. Karina masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Winter. Temannya ini adalah asisten rumah tangga di rumah Jaemin.

"Lo gak bilang ke Jaemin kalo lo itu siswa di sini?"

"Ngapaian gue harus bilang ke Jaemin? Ia bukan siapa-siapa dalam hidup gue. Ia cuma anak majikan gue." Winter menyandarkan punggungnya ke kursi dengan malas.

Karina menarik kembali gelas minumannya. "Lalu kenapa juga lo harus menyembunyikan semua ini kalo ia gak berpengaruh dalam hidup lo?" Ia bertanya dengan jelas tidak mengerti.

"Karena gue gak nyaman dengan art yang lain di rumahnya kalo mereka tahu gue ini ternyata anak kuliahan."

Karina menggelengkan kepalanya tidak percaya. Hanya karena Winter tidak nyaman dengan asisten rumah tangga yang lain, Winter tidak ingin statusnya sebagai siswa di Universitas Kwangya diketahui oleh Jaemin? Memang temannya ini cukup aneh.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang