21

165 21 6
                                    

"MINJEONG, maafin aku."

Winter menatap Jaemin yang sedang mengemudi. Sejak masuk ke dalam mobil sebaik saja keluar dari aula, Jaemin masih belum berhenti meminta maaf padanya. Telinganya sendiri serasa bisa budek mendengar permintaan maaf itu. Ia menarik napas panjang. Tidak tahu apa yang harus ia katakan. Kepalanya mencoba mencerna apa yang terjadi sebelumnya. Itu bukan salah Jaemin. Lalu kenapa pria ini berterusan meminta maaf?

Jaemin jelas masih mengkhawatirkan Winter. Khawatir kalau Winter masih kesal dengan kejadian tadi.

"Kenapa kamu yang minta maaf? Kan semua yang terjadi itu bukan salah kamu." Winter menatap Jaemin dengan tatapan yang sulit diartikan. Cukup tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ya, gara-gara Yeri tadi mempermalukan kamu di depan semua orang." Jaemin menjawab dengan perlahan. Ia tidak menyangka kalau Yeri akan bertindak sebrutal itu. Ingin sekali ia melakukan segala cara agar mulut Yeri bisu supaya mendiamkan diri saja dibanding mulutnya itu digunakan buat menyakiti hati orang lain.

"Ia kayaknya sayang banget ke kamu." Winter tersenyum hambar. "Kamu gak seharusnya meninggalkannya, Jaemin."

"Ia melakukan semua itu bukan gara-gara sayang ke aku, Minjeong." Jaemin melirik sekilas ke sebelah. "Tapi gara-gara gak ada orang lain yang bisa melindungi dan membelanya dari keluarganya kalo ia melakukan kesalahan."

"Kok gitu? Maksudnya apa, Jaemin?" Winter sudah memberikan atensi ke Jaemin sepenuhnya.

"Yeri itu anaknya kayak rebel gitu. Jadi, kalo ia melakukan kesalahan, aku akan menjadi orang yang membelanya di depan keluarganya." Jaemin menjawab tanpa menutup-nutupi. "Ia pernah overdosis saat kita masih remaja." Ia sebenarnya merasa lega karena Winter tidak terlihat marah padanya.

"Dan kamu ada di sisinya saat itu?" Winter menebak-nebak meskipun ia sedikit kaget. Overdosis? "Kamu melindunginya?"

"Aku satu-satunya orang yang gak marah ke Yeri." Memikirkan kejadian itu membuat Jaemin tersenyum pahit. Betapa sulitnya bagi Jaemin untuk membuat Yeri diterima kembali oleh keluarganya. "Aku yang menemani saat ia di rumah sakit." Waktu itu tidak ada satu pun keluarga Yeri yang menerima apa yang sudah gadis itu lakukan.

Mata Winter hanya menatap Jaemin. Rasanya sulit untuk percaya kalau Yeri pernah mengalami overdosis. Ia menggelengkan kepalanya sendiri.

"Kamu gak marah ke aku?"

"Marah kenapa? Kan udah aku bilang kalo kamu gak melakukan kesalahan apapun."

"Tapi kamu pasti malu dengan apa yang udah Yeri lakukan, kan?"

"Kamu udah menebus semua rasa malu aku itu, Jaemin."

Eh? Sepasang mata yang tadinya fokus mengemudi kini beralih ke gadis yang masih menatapnya. Saat itu, detak jantungnya berdegup kencang.

Winter hanya tersenyum. Ia tahu Jaemin khawatir kalau ia akan marah. Ia tahu Jaemin takut ia akan bertindak di luar karakternya karena rasa malu atas apa yang telah terjadi padanya. "Terus aja ngelihat aku kalo kamu mau bikin kita berdua masuk rumah sakit malam ini."

⭐⭐⭐

"KAMU lihat gak wajah Sungchan tadi waktu ngelihat Winter dipermalukan Yeri?" 

"Lihat dong. Sungchan udah kayak mau nendang jauh Yeri keluar dari aula."

"Pasti kejadian di acara ni ntar jadi gosip yang gak jelas." Jeno hanya menggelengkan kepalanya.

"Itu tuh udah pasti tapi aku benaran kagum sama Jaemin." Karina benar-benar tulus mengatakan semua itu.

"Ia gak pernah kayak gitu sebelum ini."  Jeno tertawa kecil.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang