TAWA mereka dari tadi belum selesai. Winter sudah lelah menggelengkan kepalanya sejak awal mereka berkumpul di ruanh tamu. Ia menyodorkan sepotong kue ke arah Jisung. "Makan kuenya. Dari tadi kamunya bicara terus. Apa gak lelah? Lapar pasti perutnya." Katanya sambil tertawa lepas.
"Wek, rasain tuh" Lami menjulurkan lidahnya ke arah Jisung. "Kayaknya nasib Kak Jisung itu buruk deh. Kak Seunghan kalo udah ngegame mana ia lihat kiri kanan. Sama kayak Kak Jaemin kalo punya urusan, kerkom kayak waktu itu udah lupa ke mana-mana."
"Halah, bocil..." Jisung mencicip sedikit kue ke bibir. Enak. "Kakak punya geng loh. Ada Kak Minjeong gengnya kakak."
"Dih ngaku-ngaku?"
Gelak tawa kembali pecah.
"Adek kecil kakak udah pinter ngomel nih sekarang." Jaemin mengangkat wajahnya dari kertas yang berserakan di depan dengan senyuman lebar memandang Lami.
"Diajarin Ningning." Jisung dan Seunghan menunjuk secara bersamaan ke arah Ningning.
"Dasar berandal, gue diam ya dari tadi." Ningning memalingkan wajahnya dari Jisung dan Seunghan.
"Kak Minjeong gak mau makan kue?" Lami menatap Winter memandangkan asisten rumah tangganya itu tidak turut makan kue bersama yang lain.
"Ini, udah mau makan." Winter tersenyum tipis. Padahal darah sudah mengucur deras di wajahnya saat matanya tidak sengaja bertatapan dengan Jaemin yang berterusan merenungnya. Kepala Winter masih lagi memikirkan bagaimana nanti kalau Jaemin sudah tahu siapa ia sebenarnya.
"Kak Minjeong, mau gak nanti malam kita ke festival sekolah aku?"
Winter menatap Ningning. "Malam ini?" Ia bertanya memastikan. "Boleh, kita nantinya jalan kaki?"
"Apa-apaan jalan kaki? Kan ada Kak Jaemin."
"Kakak lagi banyak kerjaan loh Ningning." Jaemin menunjukkan kedua tangannya di atas kertas di depannya. "Banyak yang harus kakak selesaikan. Besok udah deadline."
Ningning hanya memuncungkan bibirnya. "Kayaknya benar dih Kak Minjeong kita harus ke sekolah aku jalan kaki."
Ia hanya mengangguk. Pandangannya beralih pada Jisung dan Seunghan. "Kalian juga ikut aja bareng kakak dan Ningning sama Lami. Biar lebih ramai gitu. Kan seru." Winter berkata dengan lembut.
"Pasti." Jisung tidak perlu banyak berpikir untuk menjawab kembali dengan senyum terukir di bibirnya. "Soalnya aku udah gak sabar mau gangguin kencan Ningning dengan Sion."
Winter mengangkat alisnya dua kali ke arah Ningning. "Ada Sion ya? Jadi bisa nih kalo kakak mau kenalan?"
"Gak kok, Kak Minjeong. Jangan dengarkan Jisung. Omongannya gak jelas mulu."
"Loh kok gitu? Ntar kakak gak bisa kenal dong dengan yang namanya Sion Sion itu?"
"Gak papa Kak Minjeong, kan ada aku. Aku yang nanti akan tunjukin foto Kak Sion ke kakak." Seunghan tertawa membuat Ningning melotot tak terima.
Tawa mereka lagi-lagi kedengaran memenuhi ruang tamu sore itu.
"Wah kalian sejak tadi ulti Ningning terus." Jaemin hanya menggelengkan kepala tanpa mengangkat wajahnya.
"Untung aja ada Kak Jaemin yang masih mau peduli sama aku. Kalo gak, bisa habis aku sama mereka semua." Ningning menyandarkan kepalanya di bahu Jaemin yang kebetulan sedang menyiapkan kerja dengan bersila di sebelahnya.
"Kak Jaemin mah udah gak mapan. Kalo gue, punya Kak Minjeong loh. Kak Minjeong kalo ngelihat Kak Jaemin cuma pakai sebelah mata doang. Kalah telat Kak Jaemin." Jisung menampilkan wajah sok menang sambil menatap Ningning. Memangnya mereka sedang bertanding?
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You✔️
FanfictionWinter, gadis skater dari Thunder Clan yang serba bisa seperti mengalami mimpi buruk saat tiba-tiba diminta bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga teman kepada orang tuanya. "Kalau adek gak mau, papa akan bakar deck yang ditata indah...