WINTER menggerakkan tungkai yang sudah terasa tegang karena terlalu lama bekerja dengan posisi berdiri. Ia melihat ke arah jam. Sudah menginjak ke waktu tepat satu pagi. Satu hari lagi sudah berjaya ia lalui.
"Minjeong, bikin aku minuman, bisa?" Jaemin masuk ke dapur.
Winter yang baru saja membuang syal putih di kepalanya menoleh kaget. "Huh? Minuman apa?"
Jaemin seketika hanya menatap Winter, melihat wajah kaget itu. Hatinya tidak bisa menipu saat itu kalau asisten rumah tangga yang satu ini terlihat cantik tanpa syal yang sering ia kenakan.
"Cokelat panas. Tapi gak usah terlalu manis." Tatapannya dialihkan dari wajah Winter sembari berusaha meredakan detak jantung yang tidak normal.
Winter mengerutkan alis. Seharusnya ia bisa meminta untuk membayar gaji lebih soalnya waktu kerjanya sudah selesai. Padahal, ia baru saja mau istirahat, tiba-tiba lelaki ini datang minta dibuatkan minuman. Dengan terpaksa dan separuh rela, Winter mengambil cangkir dari lemari. Tangannya dengan tekun menyiapkan cokelat panas seperti yang diminta Jaemin.
Jaemin merasa senang tanpa alasan melihat Winter berjalan ke arahnya sambil membawa cangkur yang masih mengeluarkan asap tipis.
"Winter, umur kamu berapa sih?" Jujur, Jaemin masih penasaran dengan usia asisten rumah tangga papa ini. Bahkan dengan cuma melihatnya sekilas, Winter itu terlihat masih sangat muda. Awalnya ia menyangka Winter ini seusia Jisung dan Ningning.
Winter mengerjap beberapa kali mendengar pertanyaan itu. "Dua puluh satu." Dalam benaknya, ia sudah bingung. Kenapa Jaemin tiba-tiba bertanya usianya? "Emang kenapa?"
Jaemin menggelengkan kepalanya. Ternyata benar masih muda, hanya berbeda satu tahun dengannya. "Kamu gak belajar?"
Gulp! Pertanyaan yang ia takutkan kini meniti daripada bibi Jaemin. Haishh, kenapa juga harus Jaemin ini jadi anak Om Siwon. Selama ini, Winter tidak pernah tahu kalau Om Siwon ternyata mempunyai anak yang sudah dewasa. Mana satu universitas dengannya lagi.
"Emang kamu ini bodoh atau apa? Sayang sekali masa muda terbuang percuma. Apa kamu gak mau belajar, masuk kampus gitu?"
Winter tersentak. Hei, bahasa yang digunakan anak majikannya ini sangat indah. Apa Winter terlihat seperti orang bodoh? Namun, saat itu Winter hanya mampu menampilkan raut wajah tidak puas hati dikatakan bodoh oleh Jaemin.
"Minjeong."
Panggilan itu membuat bulu kuduk Winter berdiri. Ini kenapa nada Jaemin kedengaran seperti sedang memanggil pacarnya. Padahal Winter ini bukan pacar Jaemin. Mana mau Winter dengan pria ngambekan seperti Jaemin.
"Aku cuma nanya soalnya sayang soal usia kamu yang masih sangat muda. Kita cuma beda setahun kalo kamu mau tahu. Soal tadi, aku cuma bercanda. Jangan tersinggung." Cokelat panas pun diseruput.
Winter memajukan bibir bawah tanpa ia sadar. Bercanda katanya. Mana sudah sentap jiwa dan raga Winter saat mendengarkannya. Tapi Winter hanya bisa pasrah berdepan dengan anak majikannya yang satu ini. "Den Jaemin, apa ada hal lain yang aden butuhkan?"
"Kenapa, emangnya kamu mau ke mana?"
Pertanyaan macam apa itu? Apa Jaemin tidak menyadari kalau waktu kerjanya sudah habis? Mana sebelumnya Jaemin begitu lancang mengatakan kalau ia bodoh. Sekarang prrtanyaan Jaemin ini juga bisa dicatat sebagai pertanyaan yang gagal dalam memahami keinginan dalam jiwa seseorang yang sedang menahan kantuk seperti dirinya sekarang.
"Kamu udah selesai waktu kerjanya, iya gak?" Tanya Jaemin lagi. Sungguh sulit buat asisten rumah tangga yang muda ini menjawab pertanyaan yang diajukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You✔️
FanfictionWinter, gadis skater dari Thunder Clan yang serba bisa seperti mengalami mimpi buruk saat tiba-tiba diminta bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga teman kepada orang tuanya. "Kalau adek gak mau, papa akan bakar deck yang ditata indah...