29

149 18 16
                                    

"AKU akan pergi kalo benaran itu yang kamu mau." Winter tahu tidak ada gunanya ia membela diri lagi. Tidak ada gunanya lagi ia berada di rumah ini. Jaemin sudah membencinya. Namun, jauh di sudut hati, ia menunggu Jaemin untuk mengatakan sesuatu tapi hasilnya nihil. Jaemin hanya diam saja seolah-olah tidak peduli kalau ia benaran pergi. Tanpa membuang waktu lagi, Winter berlalu menuju ke kamarnya yang terletak berhampiran dapur. Koper miliknya yang selama ini tersimpan diraih. Ia memasukkan pakaiannya satu demi satu ke dalam koper dengan perasaan yang bercampur.

"Kak Minjeong, jangan lakukan ini. Kakak gak boleh pergi." Jisung masuk dan menghentikan tindakan Winter yang sedang memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper.

"Jisung, please jangan halangi kakak." Winter membalas dengan suara yang agak tegang. Wajah Jisung langsung tidak dipandangnya karena ia sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper.

Seunghan berdiri tak jauh dari kasur. Ningning juga berada di depan pintu depan kamar sambil memeluk Lami. Ada  Yuri yang juga berdiri tak jauh di belakang mereka berdua.

"Aku sayang kakak. Kita semua juga tahu kalo kakak sayang kita. Aku gak peduli kakak itu siapa sebenarnya. Aku bisa kok kak ngomong buat bujuk Kak Jaemin tapi Kak Minjeong tolong jangan pergi." Kedua tangan Winter yang sedang menarik resleting koper itu, Jisung tarik dan menggenggamnya.

"Kak Minjeong, tolong jangan tinggalkan kita semua." Seunghan bersuara lirih.

"Kakak minta maaf. Kakak udah buat keputusan. Kakak benaran akan pergi. Kalian gak dengar Kak Jaemin bilang kalo kakak menyayangi kalian itu cuma settingan pembohongan?" Winter menarik napas dalam-dalam.

"Bukan itu masalahnya sekarang. Aku mengenal kakak. Kak Minjeong melakukan semua itu juga gara-gara kakak gak mau kita semua benci sama Kak Jaemin, iya kan? Kita semua gak bakal benci kok sama Kak Jaemin tapi Kak Minjeong tolong jangan pergi." Jisung mengeratkan genggamannya. "Aku gak mau kehilangan kakak dengan cara kayak gini, kak. Kalo mau pisah itu biar dengan cara yang baik."

Lami memeluk pinggang Ningning dengan erat. Ia sudah berlinang air mata sejak tadi.

"Jisung."

Jisung mengangkat wajahnya menatap Winter dengan mata merah dan berusaha menahan air mata agar tidak jatuh. Ia membiarkan saja tubuhnya dibawa ke dalam pelukan Winter.

"Jisung udah dewasa. Sebagai cowok, kamu harus bisa ngejaga Ningning soalnya kalian sering bareng. Harus jaga Seunghan sama Lami juga. Bisa kamu janji ke kakak kalo kamu bakal menjaga mereka dengan baik?" Hati Winter terasa hancur saat ia mengatakan hal itu. Ia berusaha menahan air matanya.

Jisung melepaskan pelukannya. "Apa kakak benar-benar udah memikirkannya?"

Winter mengangguk. "Ayo harus janji ke kakak dulu." Ia bersuara dengan cukup. perlahan.

Jisung mengangguk perlahan. Ia tahu ia tidak bisa mengubah keputusan Winter lagi. Menurutnya, Jaemin sudah keterlaluan. Semua yang terjadi menurut Jisung sungguh tidak adil karena itu adalah kehidupan Winter sebelum mengenal mereka semua. Atau ada alasan lain yang membuatkan kakaknya cukup marah?

Winter kemudian mengambil tas ransel yang sudah diisi bahan belajarnya. Koper ditarik dan ia kini berhenti di depan Seunghan. Kali ini remaja itu juga langsung memeluknya. "Berjanjilah ke kakak kalo kamu akan belajar yang benar dan masuk ke sekolah yang kamu inginkan itu. Walaupun kita udah gak tinggal bareng, kakak akan tetap mendukung kamu. Kalo ada yang gak ngerti soal peer, kamu bisa kok hubungi kakak."

Apa lagi yang bisa dikatakan Seunghan saat itu? Ia hanya bisa mengangguk bersamaan dengan air matanya yang jatuh.

Winter meringis. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Seunghan menangis. Selama ini remaja itu selalu ceria dengan citranya yang keren, yang menurut Jisung itu sangat menyebalkan. Arh, belum lagi berpisah, Winter sudah merindukan kelakuan mereka.

It's Always Been You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang