SHAKA • 01

93 9 0
                                    

Pernahkah kamu belajar memahami?
Bahwa melupakanmu
Adalah jalan panjang berlubang yang harus kutempuh sendiri

***

Pagi yang cerah, semua siswa SMA Bhakti Pertiwi tengah melangsungkan upacara bendera hari senin. Seperti biasa, upacara yang petugasnya giliran, kali ini dipimpin oleh perwakilan dari pradana* pramuka penegak** yang berlangsung dengan berbagai macam ekspresi.

Ada yang mendumel, mendengus kesal, berharap cepat selesai, mengikuti dengan santai, dan masih banyak lainnya. Hingga salam penutup dari pembina upacara menimbulkan sorakan seantero sekolah, menandakan kegiatan akan segera berakhir.

"Guys, kita evaluasi dulu di ruang pramuka! Sepuluh menit dari sekarang kegiatan dimulai, silakan jika ada yang ingin mengambil atau membeli minum!" Suara bernada dingin mengalun di indra pendengaran para bantara penegak SMA Bhakti Pertiwi yang tengah membereskan peralatan selepas digunakan, kondisi lapangan sudah sepi seketika setelah pemimpin membubarkan barisan.

"Eh, Sya. Kamu ke kelas dulu enggak? Buat ambil minum?" tanya Andika, pradana bantara penegak tahun ini sekaligus pemimpin upacara yang diselenggarakan tadi.

"Enggak usah, tas Assya di ruang pramuka. Atau Dika mau Assya temenin? Hayuk," tawar Assya, merupakan anggota aktif dalam pramuka bantara, dan saat upacara tadi menjadi pembaca undang-undang.

"Enggak papa, nih?" tanya Dika ragu.

"Enggak apa."

"Yuk ke kantin, tapi ganti baju dulu." Mereka melangkahkan kaki menuju ruang pramuka, dimana tas mereka berada. Saat berangkat, para anggota yang ditugaskan untuk menjadi petugas upacara sepakat jika tas diletakkan di ruang pramuka terlebih dahulu. Tujuannya agar menghemat waktu, dan juga tadi sempat diadakan briefing.

"Kamu mau beli apa?" tanya Dika setelah mereka menginjakkan kaki di kantin.

Assya mengedarkan pandangannya, pilihannya tertuju pada mi ayam Bu Dede yang berada di ujung kantin. "Mi ayam sabi kali ya, belum sarapan, hehe."

Dika menggeleng pelan. "Belum sarapan malah beli mi ayam, harusnya beli nasi atau apa, yang enggak terlalu pedas," ujar Dika memberi saran.

"Iya, iya, bapak pradana. Saya beli yang enggak terlalu pedas dan menggunakan ketupat." Assya mendengus kesal. Ia sudah menduga jika temannya akan menceramahinya.

"Ya udah, yuk." Saat Dika hendak melanjutkan langkahnya, Assya menahan lengan kirinya. "Eh, nanti boleh sambil makan enggak? Nanti malah cuma Assya yang makan," ujar Assya melihat Dika mengangkat salah satu alisnya.

"Enggak papa, kan, aku pradananya. Beli dua, aku makan nantian aja, guru-guru juga lagi pada rapat jadi mulai pembelajaran habis istirahat," jelas Dika sembari menarik tangan Assya yang masih terlihat ragu.

***

"Oke, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mohon maaf mengganggu waktu kalian. Jadi, dari DKR*** Tanah Kreta mengundang kita untuk ikut serta dalam program kerja dari pramuka kabupaten, yaitu pramuka peduli. Nah, nanti, di pramuli atau pramuka peduli tersebut akan ada perwakilan dari beberapa gugus depan***** di kecamatan, kalau tidak salah ada enam atau tujuh sekolahan, salah satunya sekolah kita. Mereka meminta kita untuk membantu tugas tersebut. Diharapkan dari semua sekolah yang masih satu kecamatan, mengajukan sepuluh perwakilan anak. Apakah dari kalian ada yang berkenan tanpa kami tunjuk?" tanya Dika mengawali rapat kilat kali ini.

SHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang