Sekarang memang belum tahu caranya. Tapi, Allah punya seribu cara untuk menyelesaikan permasalahan umat-Nya.
***
"WOI, ASSYA!" Teriakan keras membuat semua orang menoleh. Sedangkan yang dipanggil hanya bisa meringis kecil, merasakan malu yang mendalam. Kakinya tetap melangkah, meski tak secepat sebelumnya.
"Tungguin, elahh. Ca-cape banget, lari dari gerbang buat ngejar lo doang," ujar Alhena, sesosok perempuan yang tadi meneriakkan namanya.
"Emang Assya peduli? Salah siapa ngejar, kan Assya enggak minta dikejar, sorry," ucap Assya meledek sembari terkekeh kecil.
"Eh monyet, udah cape-cape kagak dihargai, perjuangan tuhh. Eh, btw, tumben jam segini baru berangkat?" Mereka terus melanjutkan langkah menuju kelas mereka berada, XI MIPA 1.
"Iya, kesiangan gara-gara semalem kamu rekomen film. Gila, bagus banget! Nanti kalau ada lagi kasih ke Assya, ya!" ucap Assya nyengir.
"Yee, malah ketagihan, ada nih, banyak. Nanti di kelas aku bagiin."
"Sip, Alhe memang sahabat terbaik selamanya."
Alhena Pratiwi Atmajaya. Anak kedua di Akbar Atmajaya dan Verona Atmajaya. Ayahnya merupakan seorang perwira polisi, dan ibunya hanyalah ibu rumah tangga. Mempunyai seorang kakak laki-laki yang sama-sama merupakan anggota polisi. Mengikuti jejak ayahnya.
Alhena sendiri mengikuti sebuah organisasi besar, bukan pramuka melainkan OSIS. Menjadi sekretaris utama. Sosoknya yang terkenal ceria, paras cantik, dan mempunyai keluarga yang cukup berada tak membuat dirinya membeda-bedakan teman. Termasuk Assya.
"Ada maunya doang kamu begini. Eh, apaan tuh rame-rame. Liat, kuyy," ajak Alhena menarik tangan Assya keras ke arah mading. Menerobos masuk ke perkumpulan.
'Olimpiade Matematika'
"Hah, dahlah, pergi. Otak aku enggak ngerti yang begituan, bebal, haha." Mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan langkah ke kelas. Lebih tepatnya Alhena yang mengajak temannya. Sedangkan Assya terus mengikuti langkah sahabatnya itu.
"Makanya belajar, matematika enggak seburuk yang kamu kira kok," ucap Assya sembari meletakkan pantatnya pada bangkunya, diikuti Alhena di sebelahnya.
"Tetep aja enggak bisa, matematika itu kaya cewek, sulit dimengerti, makanya aku enggak mau punya hubungan sama cewek!" tekad Alhena menggebu-gebu.
Assya memutar bola matanya malas. "Kan kamu cewek!" Percakapan pun terhenti saat suara seseorang menginterupsi.
"Attention, please! Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, good morning class. Anak-anak, Miss bawa berita. Ayo, duduk di tempatnya masing-masing, taruh handphone-nya dulu, jangan ngobrol, nanti dulu! Oke? Jadi, sekolah kita sebentar lagi mau ikut Olimpiade Matematika yang setiap tahun diadakan. Dan kelas kita diberi tawaran, apakah ingin mengajukan anak lagi, atau tidak. Kira-kira siapa yang berkenan ikut? Miss catat, yuhu!"
"Miss, Assya aja nihhh," teriakan maut seorang Alhena membuat mereka tersenyum setuju.
"Assya tuh, Miss."
"Assya aja, tiap tahun dia ikut kan, Miss."
"Ahaa! Betul, gimana, Sya? Malang sekali nasibmu, Nak. Setiap ada lomba pasti temanmu langsung menunjukmu," ujar Dea selaku wali kelas dan guru bahasa Inggris menggeleng pelan. Anak muridnya memang suka memanggilnya dengan sebutan Miss Dea, dari pada Bu Dea. Berbeda lagi jika sedang dalam kegiatan kepramukaan. Berhubung Dea juga merupakan salah satu pembina pramuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
عاطفيةAssya, seorang anggota pramuka bantara penegak yang melakukan tugasnya demi menjalankan darma yang kedua, kasih sayang sesama manusia. Ia dan beberapa temannya ditugaskan untuk mensosialisasikan terkait pentingnya menaati peraturan lalu lintas saat...