23.Syifa Maharani Putri

185 133 43
                                    

BUGGGG!!!

"ADUHH!!"

"Buset! Teriakan lu kenceng banget anjir!" ejek Putra yang masih menutup telinganya akibat teriakan kencang dari Rayyan.

"Sakit tau, nyet!"

"Aelah gitu doang, nih lu liat, mangganya jadi hancur gara-gara jatuh kan!" omel Angga.

"Gua juga jatuh anying! Nih bokong gua sakit!" keluh Rayyan.

"Baru gitu doang udah ngeluh." Putra berjalan ke arah tiga mangga yang di petik Rayyan dari pohon yang lumayan tinggi ini. Namun mangga itu kini hancur akibat ikut terjatuh saat Rayyan jatuh tadi.

"Nih masih untung gua jatuhnya gak nyungsep. Kalau nyungsep hancur deh muka ganteng gua!" Rayyan mencoba berdiri sambil menahan rasa sakit dibagian tubuh belakangnya.

"Kasian mangga nya deh," Angga ikut mendekat ke arah Putra yang sedang mengamati tiga mangga yang telah hancur.

"Woi lu berdua bener-bener ye! Udah untung gua mau manjat nih pohon tadi!" Rayyan kesal.

"Apasih, nih lu lihat gara-gara lu mangga gua jadi hancur." sahut Putra.

"Awas yee lu berdua, minta rujak buatan emak gua, gak bakal gua kasih ke elu pada!" ancam Rayyan sambil menaruh kedua tangannya di pinggang.

"Hahaha! Anjirr, cara lu ngancem gak elit banget sih! Haha!" ujar Putra sambil diselingi tertawa nya.

"Anjing lu berdua!"

Memang benar sih. Habis pulang sekolah, biasanya mereka bakal kerumahnya Rayyan untuk minta bikinin rujak spesial. Soalnya emaknya Rayyan jago dalam hal masak-masak. Mau dibikin jadi apapun tuh makanannya, kalau emaknya Rayyan yang masak pasti maksyuss rasanya.

Rill no pek pek.

"Bercanda anjirr, jangan dibawa serius napa, Yan!" Putra mendekat ke arah Rayyan lalu merangkul bahu sahabatnya itu.

Angga tersenyum, ia ikut berdiri di sebelah Rayyan. "Lu masih bisa jalan, kan? Atau mau gua gendong?" tanya Angga sedikit mengejek.

"Dih, apaan sih. Gua strong ye! Gua bisa jalan sendiri." jawab Rayyan sambil menyingkirkan lengan Putra dari bahunya. Lalu pemuda itu berjalan sendiri ke arah kelasnya yang berbeda dari keduanya.

"Kalau jalan hati-hati! Jangan sampe lu nyungsep di lantai! Hahaha!" teriak Angga di akhiri tawa.

"Bangsat lu pada!!" teriak Rayyan sambil menghadap ke belakang, dimana kedua sahabatnya masih berdiri di tempat dengan tatapan mengejek dirinya.

"Rayyan! Omongan kamu dijaga!" sahut Bu Dwi yang tiba-tiba datang sambil membawa beberapa buku di tangannya.

"Eh eh, maaf Bu maaf!"

Bu Dwi menghela nafas lelah. Anak muda jaman sekarang mulutnya memang tidak bisa dijaga. Dimanapun dan kapanpun, kata kasar selalu terucap dalam mulut mereka. Guru guru sudah tidak heran lagi kalau ada murid yang berkata kasar, bahkan juga banyak anak perempuan yang sering mengucap kata kasar.

"Duh, dasar anak muda!" Bu Dwi lantas berlalu dengan tangan yang masih membawa sekitar satu buku paket, dan juga dua buku tulis.

Setelah kepergian Bu Dwi, Rayyan langsung saja menatap sinis ke arah dua sahabatnya. Yang ditatap malah cekikikan karena mengingat kejadian saat Rayyan terjatuh tadi.

Rayyan mengacungkan jari tengah kepada Angga dan Putra. Keduanya hanya tersenyum tipis sambil memandang Rayyan. Rayyan yang sudah sangat kesal akhirnya memilih untuk meninggalkan area ini, ia lebih memilih untuk ke kelas saja sekarang.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang