17.Menginap

266 211 52
                                        

Lisa berjalan bak anak kecil di jalanan yang sepi ini. Dirinya senang karena akhirnya membeli beberapa pocky untuk cemilan dirumah. Ia sesekali menatap gembira pada plastik yang ia bawa di tangan kanannya. Didalamnya, terdapat beberapa pocky yang sangat Lisa suka.

"Kali ini pokoknya harus gua sembunyiin ini! Lucky nggak boleh ngambil pocky gua kali ini!" ucapnya pada diri sendiri.

Terus berjalan, namun Lisa tak sengaja menatap seorang cowok tengah duduk di bawah pohon yang tidak terlalu tinggi, di sebelah cowok tersebut juga ada motor sport merah. Karena penasaran, Lisa secara perlahan mendekati cowok tersebut. Cowok tersebut terlihat menundukkan kepalanya sambil menatap tanah yang berada di bawah pijakan nya.

"Hei! Ngapain lu disitu?" tanya Lisa langsung tanpa basa-basi.

Cowok tersebut nampak sedikit kaget. Setelah itu, ia mendongak, menatap wajah bingung milik Lisa. Lisa membulatkan matanya kala melihat siapa cowok tersebut. Itu Haikal. Gebetannya sendiri.

"H-Haikal?!" Lisa terkejut, atau lebih tepatnya tak percaya.

Haikal mendengus sebal, ia mengalihkan pandangannya enggan untuk menatap wajah cantik milik Lisa.

"Kenapa lu disini?" tanya Lisa.

Haikal menghela nafas berat. Dirinya tidak mau membagi ceritanya dengan orang lain. namun disisi lain, ia sangat membutuhkan seseorang sebagai tempat curhat.

"Haikal?" panggil Lisa lagi.

Haikal mendongak, lalu berdiri. Menatap Lisa yang jauh lebih pendek di bawahnya. Ditatap nya Lisa dengan mata tajamnya itu. Bukannya takut, Lisa malah senang karena dapat bertemu Haikal selain di sekolah.

"Gua... " Haikal menjeda kalimatnya.

Mata Lisa berbinar. Ia benar-benar bahagia karena akhirnya bisa mendengar suara Haikal. Kalian kan tahu kalau Haikal itu sangat hemat suara, jadi Lisa jarang mendengar suara berat milik Haikal itu.

"Gua kabur dari rumah." jawab Haikal sambil menunduk.

Lisa kembali lagi membulatkan matanya, ia menatap Haikal dengan tatapan tak percaya. Apa Haikal tidak betah di rumah yang sangat mirip dengan istana itu?

"Kenapa?! Kok bisa?" tanya Lisa. Dirinya benar-benar kepo.

Haikal mendongak, ia berdecak tak suka. "Kepo banget!" ketus Haikal.

Lisa mengerucutkan bibirnya. "Ya jelaslah! Bisa-bisanya lu nggak betah di rumah yang mirip kek istana itu!"

Hening sejenak.

"Kok lu tau rumah gua?" tanya Haikal karena ia sama sekali tak pernah memberitahu alamat rumahnya pada seseorang.

"Rahasia dong! Lagian lu tuh bisa-bisanya kabur dari istana itu, buat apa coba?"

"Istana? B aja menurut gua."

"Haduhhh Haikal! Rumah lu itu mirip banget sama istana tau! Nih ya--"

"Udahlah, mending lu pulang sana, ganggu aja!" usir Haikal.

"Terus lu sendiri?"

"Apanya?"

Entah kenapa, tiba-tiba Haikal menjadi banyak bicara saat ini ketika berbincang dengan Lisa.

"Lu juga bakal pulang ke rumah, kan?" tanya Lisa.

Haikal diam. Dirinya tidak mau pulang ke rumah dan bertemu dengan orang tuanya, namun jika tidak pulang, lantas mau kemana dirinya?

"Ekhem! Gimana kalau lu nginep aja di rumah gua? Gua tau kok lu nggak mau balik ke rumah lu. Jadi, gimana?" tawar Lisa.

"Nggak!"

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang