30.Pemakaman

192 104 61
                                        

Hari ini adalah hari peperangan terakhir bagi Haikal dan juga Syifa. Keduanya kini hampir bisa mengalahkan bos tertinggi guna untuk mencapai rangking satu. Syifa nyaris saja terjatuh dalam pelajaran bahasa inggris, namun untunglah ia bisa bangkit dan mengalahkan soal-soal bahasa inggris tersebut kemarin.

Viktor selama seminggu ini sering berada di rumah karena ia ingin mengawasi kedua anaknya itu. Jika mereka berdua ketahuan bermain game atau membaca komik, Viktor tidak segan-segan untuk memarahi mereka. Untung itulah handphone kedua kakak-beradik itu disita.

Viktor memberikan handphone mereka kembali pada jam sembilan malam. Nisa lah yang memohon pada Viktor untuk hal tersebut, karena Nisa tahu kalau anak-anaknya itu bisa stres jika di suruh belajar dan tidak memegang handphone seharian.

Peraturan Viktor yang asli adalah menyita handphone mereka selama seminggu penuh agar keduanya bisa fokus pada buku masing-masing. Namun Nisa menolaknya dengan keras, dan memohon pada Viktor agar memberikan handphone keduanya pada saat jam sembilan malam.

Nisa tahu, belajar itu penting, namun istirahat juga penting. Kedua hal tersebut harus dibagi. Maka dari itulah Viktor mengubah peraturan kalau mereka boleh bermain handphone di jam sembilan malam sampai jam sepuluh. Di atas jam sepuluh mereka sudah diharuskan untuk tidur.

"Haikal... "

"Nama gadis itu... Lisa, ya?"

Viktor menatap dingin pada laptop didepannya. Ia jadi tidak fokus pada pekerjaannya, ia masih mengingat nama gadis yang belakangan ini selalu mengirim pesan pada Haikal.

Viktor tahu itu, karena selama seminggu ini yang memegang handphone Haikal dari siang sampai malam adalah dirinya. Ia tahu betul pesan apa saja yang dikirim oleh gadis bernama Lisa tersebut.

"Sepertinya dia menyukai anak saya."

Viktor mengepalkan tangannya kesal. "Jadi ini yang membuat Haikal tidak fokus pada pelajaran? Apa Haikal jatuh cinta pada gadis rendahan seperti dia?"

Viktor berdecak kesal, lalu tangannya terulur untuk menutup laptopnya. "Saya tidak sudi jika Haikal memilih gadis itu untuk menjadi pasangan hidupnya."

Syifa menutup mulutnya dengan kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Syifa menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya melebar kala melihat pemandangan di depannya ini. Sungguh, ia tidak mengira hal seperti ini akan terjadi. Kakinya melemas, ia lalu terduduk di lantai dengan mulut yang masih terbuka, ia hendak berteriak, namun mulutnya seperti terkunci.

"Bi ... Nina ... " lirih Syifa, akhirnya gadis itu dapat mengeluarkan suaranya walaupun sangat pelan. Ia tak bisa berbuat apa-apa saat ini, semua anggota tubuhnya seperti di ikat dengan rantai sangat erat sehingga ia tak mampu melakukan apapun.

Tanpa sadar, air mata Syifa jatuh ke pipi nya. Gadis itu sama sekali tak berkedip, bahkan mulutnya masih terbuka. Tiga detik setelah itu, satu isakan berhasil Syifa keluarkan.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang