50.Akhir+Visual

56 5 0
                                    

halloo rekk! selamat siang!!

akhirnya kita sampai di penghujung cerita ini. ini adalah halaman terakhir dari kisah mas Haikal. part kali ini cukup singkat, mungkin bisa terbilang sangat singkat.

happy reading!! ヾ(^-^)ノ

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Senja memerah. Langit menyajikan semburat jingga yang berkobar dibatas horizon. Sesaat lagi malam akan menebarkan keremangan membaur bersama napas kesunyian.

Haikal, pemuda yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas itu masih tetap setia memandang senja yang sebentar lagi akan tergantikan oleh malam.

Sama seperti hidupnya yang awalnya sedikit berwarna akan kembali tergantikan dengan gelapnya kehidupan tanpa ada penerangan seorang kekasih.

Sudah berbulan-bulan lamanya ia ditinggalkan. Sudah berbulan-bulan lamanya ia tak dikabari. Lisa benar-benar telah menghilang bersama kenangan yang mereka lalui bersama.

Haikal sekarang sendirian, tanpa ada gangguan dari dia yang dulunya selalu berusaha mendekati. Berharap akan ada seseorang yang menggantikan posisi Lisa, namun nyatanya ia masih saja hanyut dalam kenangan bersama Lisa.

Sekuat apapun ia mencoba, itu percuma. Hanya Lisa, dan tetap Lisa saja yang dapat mengisi kekosongan hatinya itu.

"Hai, Haikal! Kangen aku ya?"

Suara itu. Haikal telah mendengarnya beberapa kali. Suara itu ialah suara yang paling ia suka namun Tuhan telah mengambilnya.

Suara Lisa menjadi suara favoritnya, dan suara itu telah diambil oleh Tuhan bersama pemiliknya. Namun, Haikal masih sering kali mendengar suara itu kembali. Hanya suara, tak ada penampakannya.

"Kal, lupain aku, ya?"

Lagi dan lagi, suara itu kembali. Mungkin memang ini yang diinginkan Lisa. Lisa tidak ingin Haikal terlalu terpuruk dalam kesedihan dan juga penyesalan, pasti Lisa ingin Haikal mencari pengganti dirinya.

"Maafin sifat gua yang dulu ya Lis... " lirih nya. Berharap Lisa akan mendengar nya. Tangannya menggenggam erat jas hitam yang ia kenakan, menyalurkan rasa rindu yang amat sangat terdalam.

Haikal menatap ke arah senja didepannya. Indah. Sama seperti Lisa dan kenangannya bersama Lisa. Jika seperti ini terus, bagaimana dirinya akan bisa melupakan Lisa? Dan bagaimana juga dirinya bisa memaafkan perbuatannya dulu kepada Lisa?

Kata andai selalu ada dalam kamus milik seorang Haikal sekarang. Andai ia dulu mencoba membuka hati untuk Lisa, andai ia dulu menerima kehadiran Lisa, andai ia tidak telat dengan perasannya sendiri.

Namun itu tetap ialah kata andai, yang tak akan terwujud walaupun Haikal berdoa bagaimana pun juga. Semua sudah terlambat. Haikal Mahardhika Putra terlambat menyadari perasannya sendiri terhadap Lisa Sabrina Tressha.

"Kal?"

Haikal menoleh ke belakang, dimana terdapat Angga, Nanda, Rayyan serta Putra sedang berjalan pelan ke arah dirinya dengan senyum yang merekah.

Angga merangkul pundak Haikal. "Gak nyangka kita udah lulus ya!"

Haikal tersenyum simpul sambil mengangguk pelan.

"Abis ini mau lanjut kemana?" tanya Nanda. Ia menengok ke arah kiri dan kanan, berharap mendapat jawaban dari teman-temannya.

"Gua mau lanjut disini aja, Di Universitas Airlangga. Gua gak mau kemana-mana, soalnya banyak kenangan di kota ini," jawab Putra.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang