35.Minimarket

138 61 33
                                    

"Ma, Syifa besok ambil rapot, Mama ambilin, ya?" Syifa berseru setelah dirinya melepas pelukannya dengan Mama nya beberapa detik yang lalu.

Nisa tersenyum mendengar ucapan Syifa. "Pasti, dong. Mama yakin, pasti nilai anak Mama yang cantik ini bagus semua!" balasnya sambil mengusap pipi kiri Syifa dengan tangan kanannya.

Syifa tersenyum kecil. Karena jarang tersenyum, ia jadi agak kaku jika bibirnya akan membuat garis lengkung ke atas. "Makasih, Ma."

Nisa mengangguk. Tangannya kemudian berhenti mengusap pipi kanan Syifa dan beralih menatap Haikal yang sedari tadi diam menatap interaksi mereka berdua.

"Kalau Haikal kapan ambil rapot nya?" tanya Nisa dengan nada yang sangat lembut.

"Besok." jawab Haikal. Sepertinya cowok itu telah kembali seperti semula. Lihat, sekarang dirinya kembali memakai nada bicara yang sangat dingin lagi.

"Besok, ya? Berarti barengan dong? Haikal jam berapa memang?" tanya Nisa.

Haikal yang malas menjawab dengan sebuah jawaban dari mulut lantas langsung menaikkan delapan jarinya. Setelah berbicara panjang lebar pada Nisa tadi, ia sekarang sudah malas untuk berbicara. Bahkan sekedar membuka mulut saja dirinya enggan.

Nisa mengangguk singkat. "Kalau Syifa?"

"Jam delapan juga, Ma." jawabnya. Gadis itu nampak memberikan raut wajah yang 'agak' sedih.

"Jam delapan juga, ya?" Nisa menatap kedua Anaknya secara bergantian. Yang ditatap malah tidak memberikan respon apapun.

"Biar saya yang ambil rapot milik Haikal."

Berkat suara berat itu, kini ketiganya langsung menoleh ke arah seseorang yang sedang berdiri di depan pintu. Haikal langsung mengalihkan pandangannya begitu tau siapa yang berdiri disana.

"Ayah... " ujar Syifa. Sangat pelan, dan mungkin hanya dirinya saja yang bisa mendengar ucapannya barusan.

Viktor menatap dingin pada ketiganya dan dibalas tatapan dingin juga oleh Nisa. Wanita itu masih kesal dengan ucapan Viktor pada beberapa hari yang lalu, tepat pada saat acara pemakaman almarhum Nina.

Viktor berdecak ketika melihat ketiganya yang nampaknya sangat enggan untuk bertemu dengan dirinya. Lantas ia pun kembali mengangkat suara.

"Setuju atau tidak setuju, pokoknya saya yang mengambil rapot milik Haikal besok." setelah mengatakan itu, Viktor melangkah pergi untuk meninggalkan mereka bertiga.

Melihat suaminya yang berlalu pergi, Nisa segera menatap ke arah Haikal. "Nggak apa - apa kan kalau yang ngambil Ayah, Nak?" ujarnya sambil menaruh tangan kanannya di pundak Haikal. Mengelus pundak tersebut dengan cara yang lembut.

Haikal menghela nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari sang Mama. "Iya, Ma." dari suaranya, Nisa sudah tau kalau Haikal sepertinya enggan jika Viktor yang mengambil rapot nya besok pagi.

" dari suaranya, Nisa sudah tau kalau Haikal sepertinya enggan jika Viktor yang mengambil rapot nya besok pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang