37.Malam

109 42 58
                                    

Happy Reading!!!

.
.
.
.
.
.
.
.

"Mama... "

Nisa menoleh tatkala suara Syifa terdengar memanggilnya. Saat ini mereka berdua sedang mencuci piring bekas makan malam tadi berdua.

"Iya, kenapa?"

"Hari ini Syifa tidur bareng Mama dikamar Syifa, boleh nggak?" setelah mengatakan itu, Syifa nampak malu sebab ia langsung memalingkan wajahnya. Ia sama sekali tak mampu menatap wajah Mamanya sekarang.

Nisa terheran-heran dengan sikap Syifa hari ini, sungguh berubah sekali anak bungsunya ini. Mendadak Syifa nampak sangat ingin akrab dengan anggota keluarga.

Namun, Nisa tak mempermasalahkan itu, ia malah bersyukur jikalau Syifa memang benar mempunyai niat untuk akrab dengan semua orang di rumah ini. Senang sekali Nisa dengan sifat Syifa yang mulai berubah.

Setelah berfikir, Nisa akhirnya tersenyum. "Boleh kok, sayang." jawabnya sambil fokus mencuci piring lagi.

Syifa terdiam, bahkan tangannya yang tadi sibuk mencuci piring kini terhenti. Kepalanya menoleh ke samping kiri, menatap Mamanya yang tengah mencuci piring juga.

Diam-diam, ia juga mengukir senyum namun ini sangat lah tipis. Ia senang dengan jawaban dari Mamanya tadi, akhirnya setelah sekian lama ia bisa kembali merasakan bagaimana rasanya tidur bersama orang tua.

Tanpa sepengetahuan kedua perempuan itu, Haikal dengan mulut yang masih menyedot susu kontak nya ikut mendengarkan apa yang mereka bicarakan tadi.

Sudah lama sekali ia tidak melihat Syifa bisa seakrab ini dengan Mama nya, terakhir kali seinget dia waktu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Itu pasti sudah lama sekali.

"Gua tau lu di situ, Bang." Syifa bersuara ketika dia selesai mencuci tangannya sehabis mencuci piring.

Haikal yang baru saja akan membuang kotak susunya ke dalam tempat sampah dapur langsung terkejut ketika Syifa berkata seperti itu. Memang tidak bisa diragukan lagi insting gadis ini.

Nisa terkekeh melihat Haikal yang tertangkap basah seperti ini. "Kamu nguping, Kal?'

"Nggak." jawab Haikal dengan cepat lalu segera berlalu pergi meninggalkan kedua perempuan itu.

Nisa hanya terkekeh melihat Haikal yang seperti itu, lucu sekali menurut nya. Sementara Syifa malah menatap dengan seksama Kakaknya yang tengah berjalan meninggalkan mereka.

"Sifat Bang Haikal dari dulu gitu, ya?" celetuknya tiba - tiba.

Nisa terdiam mendengar pertanyaan Anak bungsunya. Memori tentang Haikal dan Syifa waktu kecil mulai terbayang - bayang di otaknya. Juga memori kemesraan dia dulu, Nisa sangat merindukan itu.

"Haikal dulu ceria banget, nggak kayak gitu. Tapi pas menginjak umur enam tahun dia mulai berubah... " Nisa menunduk, ia sedih mengingat memori kelam itu lagi.

"Kejadian itu, ya?" Syifa bergumam, sangat pelan. Walaupun pada saat kejadian itu ia baru berusia tiga tahun dan belum bisa mengingat dengan jelas, namun ia pernah mendengar cerita dari dari mulut Nisa ataupun Neneknya dulu.

Ia menoleh ke samping. "Ah, maaf Ma! Syifa nggak bermaksud ngingetin kejadian itu!"

Panik lah dia melihat tatapan Mama nya yang terlihat sangat bersedih. Syifa faham, pasti kejadian itu membuat Mama nya sangat terpukul waktu itu.

"Nggak. Nggak papa kok." Nisa menoleh ke arah Syifa dengan wajah yang menampilkan senyum manis khasnya.

Hati Syifa menghangat begitu melihat senyuman itu lagi, sangat menenangkan hatinya. "Yaudah, Syifa ke kamar dulu." di langkahkan kaki nya itu menuju lantai dua, ke kamar nya.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang