43.Penyebab

68 12 17
                                    

Halloo semuaaa!

Happy Reading!ヾ(^-^)ノ

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Angga berlari menyusuri setiap penjuru rumah sakit. Ia sudah diberitahu oleh Arga dimana ruangan Bella saat ini, gadis itu sedang berada di UGD sekarang.

Angga melihat dari kejauhan Bunda Bella yang tengah duduk sambil menangis dipelukan suaminya. Ia juga dapat melihat Arga yang tengah berdiri sambil mondar-mandir.

"Bang!" Arga menoleh, ia melihat Angga yang tengah berlari menghampiri dirinya.

"Tenangin diri lu dulu, nanti gua ceritain," ujar Arga dengan nada yang dingin. Pemuda itu nampaknya tengah marah kepada Angga karena tidak dapat menjaga adiknya dengan benar.

Angga bodoamat dengan pernafasan yang belum stabil. Walaupun ia masih kesulitan bernafas akibat berlari daritadi, ia tetap nekat untuk berbicara. "Gimana ceritanya, bang?!"

Arga menghela nafas berat. Cowok itu melangkahkan kakinya untuk duduk di bangku rumah sakit, disusul Angga yang duduk disebelahnya. Angga masih menanti cerita yang akan disampaikan Arga.

"Kata saksi yang ada disana, yang nyetir bukan Bella, tapi Lisa." Arga mulai membuka suara, sementara Angga masih tetap fokus mendengarkan.

"Waktu di jalan turunan, Lisa ngebut dan ternyata motor Bella ban nya bocor terus remnya blong. Bella waktu itu panik, terus dia secara nggak sengaja jatuh dari motor dan kepalanya kebentur batu besar yang ada dideket trotoar." Arga menatap serius kepada Angga, jelas sekali pemuda itu kali ini sangat marah.

-Flashback On! -

"Bell, gua coba ngebut, ya?" Lisa menoleh kebelakang sekilas, menatap Bella yang tengah berkaca lewat spion motor.

"Terserah, deh. Tapi hati-hati, tuh dijalan turunan kayaknya agak licin deh." Bella masih tetap fokus mengamati wajahnya dicermin tersebut.

Lisa tersenyum lebar, terlihat deretan gigi putihnya ia tunjukkan sekarang. Lisa mulai menambah kecepatan motor Bella, gadis itu juga sesekali ingin ngebut di jalan raya.

Namun, Bella mulai merasakan hal yang tidak beres ketika mereka hendak sampai di jalan turunan. "Eh Lis! Motornya kayak agak goyang-goyang, deh. Apa mungkin bocor kali ya?"

Lisa masih tetap fokus pada jalanan sekarang, namun ia masih dapat mendengar ucapan Bella. "Kayaknya sih Bell, gua juga ngerasain. Jadi, gimana?"

Saat ini mereka sudah memasuki jalanan menurun yang mungkin cukup curam. Namun, Lisa masih tetap melajukan motor tersebut dengan kecepatan tinggi.

"Turun dulu Lis dipinggir, coba kita lihat," ujar Bella sambil menepuk-nepuk bahu Lisa.

Lisa mencoba menarik rem motor tersebut. Namun sesuatu membuat dahinya berkerut. Ekspresi nya berubah menjadi panik sekarang.

"Bell! Remnya blong!" pekik Lisa. Bella yang mendengar itu langsung panik. Ia jelas sangat bingung sekarang.

Namun sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak pada mereka. Karena, ketika hampir mendekati ujung dari jalanan yang curam ini, aspal tersebut mendadak menjadi licin. Aspal licin itulah yang membuat motor Bella menjadi agak sulit untuk dikendalikan. Apalagi sekarang yang mengendalikan ialah Lisa.

Semua ini membuat keduanya panik. Lisa sendiri yang tengah mengendalikan motor mencoba untuk tidak panik. Namun berbeda dengan Bella yang sedang mencoba menghubungi nomor Sang Kakak, gadis itu panik sejadi-jadinya sekarang.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang