19.Viktor marah

229 178 42
                                    

"Kaos ini besok gua balikin pas di sekolah." ujar Haikal sambil memasang helm di kepalanya.

Saat ini, cowok itu tengah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Di sore hari, cowok itu kini memakai kaos hitam oblong milik sepupu Lisa.

"Nih seragam lu, udah gua cuci bersih kok!" ujar Lisa sambil menyerahkan plastik putih yang berisi seragam sekolah SMA milik Haikal.

Haikal menatap sejenak plastik putih tersebut sebelum pada akhirnya menerimanya. "Makasih." ucap nya berterimakasih.

Sebelum pergi, Haikal menatap Lisa. Membuat yang ditatap malah gugup sendiri. "Kenapa, Kal?" tanya Lisa, berusaha se rileks mungkin.

"Maaf, dan makasih untuk semuanya."

Setelah mengatakan kalimat tersebut, motor Haikal melaju kencang meninggalkan area rumah Lisa. Lisa hanya bisa menatap kepergian Haikal. Lisa tersenyum tipis, sungguh hari ini adalah hari beruntung bagi Lisa. Jika saja dirinya kemarin malam tidak pergi ke supermarket, mungkin Haikal tidak bakal menginap di rumahnya.

Membayangkan kejadian kemarin dan tadi saja sudah membuat Lisa salah tingkah. Senyuman tipis itu berubah menjadi senyuman lebar yang menampilkan gigi-gigi putihnya. Ia lalu berbalik dan berjalan kesenangan bak anak kecil baru dibelikan mainan oleh orang tuanya.

Haikal masih fokus dengan jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haikal masih fokus dengan jalan. Sebentar lagi, ia akan sampai di kediaman keluarganya. Rasa tak ingin pulang ke rumah masih terus saja berada dalam diri Haikal.

Tak butuh waktu lama, motor Haikal segera masuk ke dalam garasi rumahnya. Ia membuka helmnya lalu turun. Dapat ia lihat mobil Ayahnya terparkir rapih di parkiran. Menandakan bahwa Viktor berada di rumah. Haikal masa bodo dengan itu, palingan nanti ia akan kena tampar dan tinju. Itu sudah biasa baginya.

Haikal berjalan santai ke arah pintu, dengan tangan kanan yang membawa plastik yang berisikan seragam nya yang telah di cuci oleh Lisa. Sampai di depan pintu, entah kenapa Haikal merasakan firasat buruk. Namun Haikal tak terlalu memperdulikan itu. Ia membuka pintu tersebut, dan benar saja, Viktor sudah berdiri tegak sambil melipat kedua tangannya di dada di balik pintu.

Ayah Haikal tersebut menatap Haikal dengan aura permusuhan. Haikal menghela nafas pelan, ia lalu menutup kembali pintu tersebut, lalu segera berbalik badan.

Baru saja ia berbalik badan, namun pipi kanannya tiba-tiba merasakan panas akibat Viktor yang baru saja menampar nya dengan cepat kilat. Wajah Haikal tertoleh ke kiri. Matanya memanas kala merasakan pukulan keras yang diperbuat oleh ayahnya pada pipi kanannya.

Ia segera kembali menatap Viktor, juga dengan tatapan tajam. Tanpa basa-basi, Haikal dengan tidak sopannya langsung menampar pipi kiri Viktor, membuat laki-laki tua itu tertoleh ke samping kanan.

Rahang Viktor mengeras. Nampaknya laki-laki itu sudah jengah dengan kelakuan Haikal yang semakin hari semakin tidak bisa ia kontrol. Viktor langsung melemparkan tatapan permusuhan pada anaknya. Mata nya sekarang bertatapan dengan mata tajam milik Haikal.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang