46.Viktor dan Haikal

79 17 52
                                    

halloo, good afternoon!!

happy reading! ヾ(^-^)ノ

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bella menatap sekelilingnya, berharap akan ada sosok Angga disini menemani dirinya. Suara Angga masih terdengar jelas di telinganya, bukan hanya suara, namun tangisan juga.

Tangisan dan isakan itu bisa ia dengarkan dengan jelas. Suara-suara itu adalah suara beberapa orang yang ia sayangi. Bella tau itu, ia mengingat suara-suara ini.

"Angga, tolong!!"

Ia masih mencoba berteriak sambil terus berjalan dan menatap sekeliling. Jujur ia takut. Ia takut kalau dirinya tak bisa melihat orang-orang yang ia sayangi lagi.

Kakinya masih terus berjalan, menyusuri tempat luas yang tak ada ujungnya ini. Bella hanya bisa berharap akan ada seseorang yang menolongnya kali ini. Walaupun rasanya mustahil, namun suara Angga entah kenapa menjadi keyakinan yang pasti bagi Bella.

"Angga!! Kak Arga!!"

Langkahnya terhenti, suaranya pun ikut berhenti. Bella menatap dengan serius sebuah pintu berwarna hitam yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Pintu apa ini?

Tadi pintu ini tidak ada, namun sesaat setelah ia memanggil nama Arga, pintu ini langsung muncul dihadapannya. Bagaikan sulap. Bella pun tak tahu darimana asal muasal pintu tersebut.

Pintu perlahan terbuka dengan sendirinya, Bella masih tetap setia menatapnya tanpa bersuara. Sebuah tangan tiba-tiba terulur dari balik pintu tersebut. Hanya tangan saja, tidak lebih. Badan serta wajahnya tak kelihatan. Bella hanya melihat tangan tersebut terulur dari balik pintu yang belum terbuka seluruhnya.

"Ikutlah denganku."

Bella tersentak ketika mendengar suara tersebut. Suara besar nan menyeramkan tersebut menyapu indra pendengaran nya membuatnya meneguk ludahnya dengan susah payah.

Entah terhipnotis atau apa, Bella mendadak langsung mendekati pintu tersebut. Suara tersebut seperti menghasut dirinya untuk ikut masuk ke dalam.

"Ayo, masuklah."

Bella merasa untuk ikut masuk ke dalam adalah pilihan yang tepat. Ia sejak tadi berharap akan ada seseorang disini bukan? Disini sudah ada seseorang, bahkan menawarinya untuk ikut bersama, entah kemana tapi.

Tidak ada salahnya untuk ikut, bukan? Perlahan, tangan Bella memegang tangan tersebut membuat dirinya ikut tertarik ke dalam pintunya.

Ruangan putih mendadak menjadi gelap gulita setelah ia masuk. Tangan misterius tadi tiba-tiba hilang menyisakan Bella sendiri diantara kegelapan ini.

Tubuhnya tak menyentuh tanah, ia bisa merasakan bahwa dirinya tengah mengambang. Tak ada seorang disini. Yang tersisa hanyalah Bella yang tenggelam dalam kegelapan.

Oh tidak, apakah masuk kesini merupakan pilihan yang bagus? Bella nampak ragu sekarang dengan pilihannya tadi. Ia agak menyesal karena telah menerima tawaran dari orang tersebut. Ketakutannya berlipat ganda. Ia sendirian, benar-benar sendirian. Tak ada lagi suara Angga yang menggema.

"Bella... "

Suara lirih terdengar, Bella dengan cepat langsung menghadap belakang. Didepannya, terdapat Fitri tengah tersenyum.

Baru saja akan membuka suara, namun tubuhnya tiba-tiba di dekap dengan sangat erat oleh Fitri membuatnya mengurungkan niatnya untuk bersuara.

Isak tangis terdengar dari gadis didepannya itu. Bella dengan segera langsung memeluk kembali sahabatnya yang tengah menangis. Ia bingung, mengapa Fitri tiba-tiba bisa berada disini. Namun seharusnya ia bersyukur karena telah ada seseorang kan sekarang?

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang