hallooo!
selamat siang ヾ(^-^)ノhappy reading yaa!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jalanan kota tampak lebih ramai dari biasanya. Banyak pengguna kendaraan baik itu beroda empat maupun dua sedang berlalu lalang disana.
Namun Putra tak memperdulikan itu semua, ia masih fokus pada tujuannya sekarang. Bodoamat dengan cara mengemudi nya yang ugal-ugalan dan membuat beberapa pengendara lain kesal.
Pakaian serba hitam itu masih melekat pada tubuhnya. Ia memang belum berganti baju sejak pulang dari pemakaman tadi. Persetan dengan keringat dan wajahnya yang agak sembab, ia sekarang harus segera sampai kesana.
Di depannya, terlihat ada kerumunan. Putra memicingkan matanya untuk menatap beberapa orang yang berkerumun di sana. Namun ia bodoamat dengan itu semua, ia tidak terlalu kepo, yang terpenting sekarang ia harus segera sampai di tempat tujuannya.
Ia menambah kecepatan motornya membuat motor tersebut melaju lebih cepat daripada sebelumnya. Ia tak memikirkan keselamatannya sekarang, yang terpenting adalah ia sampai disana dengan cepat. Ia rindu, sungguh rindu.
Motornya ia parkir asal-asalan setelah sampai ditempat tersebut. Air matanya tiba-tiba menetes diiringi memori memori kecil yang perlahan berputar di benaknya.
Pemakaman. Tempat yang ia kunjungi tadi pagi, bersama dengan banyak orang untuk mengantarkan Lisa ke tempat peristirahatan nya yang terakhir. Belum genap satu hari, namun rasa rindu yang Putra rasakan kepada Lisa tak dapat dihilangkan.
Kakinya mulai bergerak, ia berjalan pelan dan tangannya mulai membuka pintu gerbang pemakaman tersebut. Kaki nya terus berjalan dan terhenti dengan sendirinya saat ia telah berdiri disamping makam seseorang. Pandangannya nanar melihat ke arah nisan yang bertuliskan 'Lisa Sabrina Tressha'.
"Lis... "
Suaranya yang lirih terdengar. Badannya melemas hingga ia sekarang jatuh terduduk disamping makam. Tangannya mencengkram kuat tanah pada makam yang masih basah itu.
Satu isakan terdengar, ia sungguh tak bisa membendung tangisannya kali ini. Tangannya pun semakin kuat mencengkram gundukan tanah yang ada di genggamannya.
"Bangun, Lis... "
"Gua belum berhasil buat lo jatuh cinta, tapi kenapa lo malah pergi duluan?!"
"Lo malah pergi dengan keadaan masih cinta sama Haikal! Gua sakit hati, Lisa!"
Kali ini bukan isakan lagi yang terdengar, melainkan tangisan dengan air mata yang mengalir deras dari pipinya. Putra memejamkan matanya sambil terus menggenggam tanah tersebut.
Kenangannya yang manis bersama Lisa itu masih membekas di lubuk hatinya, ia sangat sulit untuk melupakan itu semua. Walaupun hanya sebagai teman dan Lisa tak mempunyai perasaan lebih terhadapnya, namun itu cukup membuatnya bahagia.
Ia merasa hancur. Dunianya kini telah pergi, hanya meninggalkan kenangan manis yang tersisa untuknya.
"Katanya lu pengen nyoba gudeg Jogja, kan? Ayo bangun, Lis! Gua turutin mau lu, ayo ke Jogja sekarang."
Bodoh. Memang bodoh. Ia nampak seperti orang gila yang terus-terusan berbicara sendiri, bahkan semut pun mungkin akan tertawa jika melihat keadaan Putra saat ini.
Namun Putra tidak peduli dengan dirinya. Walaupun ada banyak orang yang melihatnya kini, ia tidak akan memikir nya. Yang terpenting adalah Lisa. Yang ada difikiran nya hanya Lisa, dan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Haikal! [END]
RomanceKita itu beda Hidup dia cerah, hidup gua suram. Dia terang, gua gelap. Dia suka keramaian, gua suka kesendirian. Dia terbuka, gua tertutup. Dia pemaaf, gua pemarah. Intinya kita benar-benar nggak cocok, namun kita malah memaksa untuk saling men...