38.Rangking

97 33 74
                                    

HAPPYY READINGG!!!

.
.
.
.
.

Bilanglala tersebut kembali berputar membawa mereka sampai ke puncak. Tanpa melepas pelukannya pada lengan Angga, Bella membungkuk ke depan guna Melihat seluruh pemandangan pasar malam dari atas.

"Cantik, ya?"

Angga mengangguk. "Iya, kayak lu."

"Apaan sih Ga, modus lu!"

"Bilang aja suka, buktinya lu peluk - peluk gua nih!"

"Apaan coba!" Bella buru-buru melepas pelukannya dan berganti melipat kedua tangan di dada.

"Loh? Ayang jangan ngambek dong, gua cuma bercanda, woi!"

Tak ada sahutan dari Bella, Angga kembali membuka suara. "Jangan ngambek, hoi!"

"Kenapa?! Gak suka lu?"

"Kata siapa? Gua suka kok sama lu." ujar Angga sambil mencubit sekilas pipi Bella.

"Angga jangan gitu, ih!" Bella membalas Angga dengan memberikan cubitan keras pada kedua pipi lelaki itu.

"Sakit anjing, lepasin woi!" umpat Angga kesakitan.

"Mangkanya jangan jahil!" ujar Bella sambil melepas tangannya yang berada di pipi Angga.

"Cuman gitu doang padahal." Angga mengelus kedua pipinya sendiri lantaran masih merasakan panas akibat cubitan pacarnya.

"Diem lu!" Bella menyahut dengan cepat begitu mendengar Angga masih mengoceh tak terima.

"Iya-iya, sayangku."

Bella memicingkan matanya. "Eh bentar lagi giliran kita turun."

Angga hanya mengangguk. Kabin penumpang yang mereka naiki mulai bergerak turun perlahan. Di bawah, mereka bisa melihat antrian orang-orang yang sedang menunggu giliran untuk naik bianglala ini.

Books pun bergerak turun dan berhenti di bawah. Angga turun terlebih dahulu lalu membantu sang kekasih untuk ikut turun.

"Sekarang mau ngapain?" Angga bertanya ketika keduanya sudah turun dari keranjang bianglala tersebut.

"Beli makanan dulu gimana?" usul Bella.

Angga hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Boleh-boleh! Ayo lihat-lihat dulu ada apa aja." ia menggandeng tangan Bella untuk berjalan menyusuri luasnya pasar malam kali ini.

Pagi ini, suasana kelas tampak sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini, suasana kelas tampak sunyi. Para wali murid fokus melihat Bu Lia yang sedang membacakan urutan rangking.

"Rangking dua, Haikal Mahardika Putra!"

Mata Viktor melotot ketika mendengar nama Anaknya disebut barusan. Tangannya tanpa disadari kini telah mencakar paha nya sendiri yang terbalut dengan celana hitam.

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang