16.Capek

277 213 51
                                        

-----Flashback On!!!-----

Angga, dan Putra, serta Rayyan duduk di pinggiran sungai di samping Haikal yang sudah duduk sedari tadi. Sebelum mulai memancing, mereka berdiam diri terlebih dahulu. Jika boleh jujur, mereka agak penasaran kenapa Haikal tiba-tiba menjadi tukang bolos seperti ini.

Rayyan yang kebetulan duduk di samping Haikal lantas menepuk pundak sebelah kiri cowok itu. "Tumben bolos, kenapa?"

Haikal hanya menghela nafas berat sebagai jawaban, ia sama sekali tak berminat menjawab pertanyaan dari Rayyan. Rayyan dan Haikal memang sangat tidak akrab karena mereka berbeda kelas. Bahkan Angga dan Putra yang sekelas dengan Haikal saja sulit mengakrabkan diri dengan cowok itu.

Namun kali ini Rayyan sepertinya berusaha akrab dengan Haikal. Cowok itu tahu kalau Haikal itu adalah murid yang rajin, jadi sedikit muncul rasa penasaran di benaknya ketika tahu kalau Haikal tengah membolos.

Tangan kanan Haikal bergerak menyingkirkan tangan kanan Rayyan yang berada di pundaknya. Ia merasa sedikit risih.

"Nggak biasanya lu bolos, eh tapikan lu nggak pernah bolos seinget gua." seru Angga. Ia duduk di samping Putra, atau bisa dibilang di pinggir sendiri.

Haikal diam. Niatnya kesini hanya ingin untuk menenangkan fikiran serta hatinya, bukan untuk berbincang dengan trio tolol.

"Jangan kulkas-kulkas amat napa, Kal!" kali ini Putra yang bicara. Walaupun ia menganggap Haikal saingannya, tapi ia tetap mau berteman dengannya.

Hening beberapa saat. Ketiganya masih menunggu jawaban dari Haikal, sedangkan Haikal sendiri masih enggan untuk berbicara.

"Gua capek... "

Mata ketiganya melebar kala mendengar suara berat yang sangat jarang mereka dengar. Bahkan ketiganya langsung beralih menatap pada sang pemilik suara. Terlihat Haikal tengah menunduk sambil tangan kanannya meremas batu yang sedari tadi ia pegang. Berniat ingin melemparkannya, namun ia urungkan.

"Hah?"

Tiba-tiba, Haikal mendongak, lalu menatap ke samping kiri. Menatap ketiga temannya yang menatapnya dengan tatapan bingung.

Tatapan sendu milik Haikal terpampang dengan sangat jelas di wajah tampannya.

"Gua... Capek... " lirih nya, kemudian melempar batu sekeras mungkin ke arah sungai.

"Capek?"

Haikal mendengus sebal. "Lu semua nggak perlu tau lebih."

Haikal berniat ingin berdiri lalu pergi, namun pergelangan tangannya di pegang dengan erat oleh Rayyan membuat Haikal kembali menatap ketiganya satu persatu.

"Apa?!" tanya Haikal ketus.

"Lu butuh temen, kan?"

.
.
.
.

"Lu ada masalah ya sama keluarga lu? Atau sama pacar? Atau siapa gitu?" tanya Rayyan pada Haikal yang sepertinya tengah menikmati acara memancing hari ini dengan ketiganya.

"Gak."

"Terus, maksud kata capek tadi itu apaan?" kali ini Angga yang bertanya.

"Kepo."

"Yaelah, kita kepo soalnya lu kek kelihatan depresi banget tadi." ujar Putra.

"Oh."

-----Flashback Off!!!-----

Hai, Haikal! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang