Dalam sejarah hidup gue belum pernah masuk kamar cowok. Apalagi pacar, mana pernah. Lagi juga ini di izinkan langsung oleh mama pacar gue. Strange but true.
Mama Pia tadi nunjuk kamar paling ujung dilantai dua, setelah memberi petuah ke gue. Kata beliau warna pintu kamar Topan itu ungu, keren banget. Soalnya tiap kamar dilantai rumah ini berbeda.
Ada yang warna abu-abu, dan coklat dilantai satu. Lalu pintu warna ungu, biru, pink dan coklat ada di lantai dua. Lucu banget, berasa kayak lagi lihat pelangi.
Pintu warna ungu terbuka lebar, gue langsung aja masuk dan tangkapan pertama adalah Topan duduk di pinggir ranjang sambil main ponselnya.
"Lama amat!" Gerutunya sambil melempar ponsel ke kasurnya.
"Mama kamu ngasih petuahnya banyak, wajar lama!"
"Emang apa aja?" Gue gak jawab, cuma kasih senyum manis yang menandakan 'Lo gak perlu tau!' "Sini, kenapa duduk situ?"
Gue duduk di kursi belajar di kamar ini. Topan menyuruh gue duduk di samping dia, "Di sini aja."
"Kenapa?"
"Nanti aja kalau udah halal aku duduk situ." Gue mencoba tersenyum memberikan penjelasan yang tidak akan menyinggung dia. Bukan gue takut atau punya pikiran buruk sama dia. Tapi lebih nyaman begini. "Kamu kenapa ajak aku kesini?"
"Itu..." Topan menunjuk sebuah meja yang terdapat banyak pigura, "Aku mau nunjukin kamu ini, sini."
Gue mendekati, mata gue takjub melihat foto-foto gue dan dia berjejer rapi dalam beberapa pigura. "Ini foto pertama kita kan?" Wow, serius gue takjub.
Foto yang udah lama banget di ambil, sekitar tiga tahun lalu dan gue inget banget karena gue maksa dia buat foto bareng, waktu itu kami belum pacaran.
"Aku susun sesuai tahunnya, mulai awal kita foto bareng sampai kemaren yang kita foto di depan museum Insinyur Soekarno."
Ya, gue inget dua bulan lalu Dera dan Hazim ngajak gue sama Topan ke Blitar. Topan kasih saran buat mampir di museum presiden pertama negeri kita ini.
"Bagus banget, tapi kenapa ada beberapa pigura masih kosong?" tanya gue.
Topan senyum tipis, mengusap kepala gue lalu baru bicara, "Wisuda, akad nikah, hidup bersama selamanya."
Mata gue panas, gue ngerti maksud dari kalimatnya tadi. Detik kemudian gue sadar kalau gue egois banget sama dia, "Kamu bener yakin siap ketemu kakak aku?"
Tatapan Topan teduh banget, "Iya. Tapi maksud aku nunjukin ini ke kamu bukan untuk itu. Aku cuma kasih lihat aja, dan kamu tau alasan aku buat ini semua?"
Gue menggeleng sambil nahan mata biar gak berair, "Kenapa?""Setelah kemarin lihat museum aku sadar kalau setiap kehidupan itu bakal menjadi sejarah. Entah saat ini atau lusa kita bisa kehilangannya. Aku bukan berdoa buruk, hanya saja aku ingin menaruh sejarah dalam kisah hidupku sama kamu agar minimal anak cucu kita nanti tau seberapa romantisnya aku." Gue pukul tangannya, udah nangis kejer gue malah di bercandain.
"Serius, kamu tau gak? Setiap foto maupun lukisan di dalam museum itu menggambarkan kisah hidup orang yang ada di dalamnya?" Gue mengangguk, "Aku gak bakat menaruh kisah kita ini kedalam tulisan sastra, jadi aku ingin melukiskan kisah aku dengan kamu dalam sebuah bingkai foto yang akan menjaganya dan menjadikannya sebuah sejarah."
Keadaan gue saat ini adalah nangis lah! Kalian pikir?
Wajah Topan yang teduh, penjelasan yang bikin gue luluh hampir bikin gue pingsan. Gue gak tau mau ngomong apa lagi, masih nangis tolongin!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Buat Kakak |TAMAT|
RomanceFamily || Selesai Jira hanya ingin satu hal. Menikah setelah kakaknya. Hanya itu, tapi rasanya begitu sulit di gapai. Bagi Jira, lebih dulu menikah sebelum kakaknya adalah larangan, sangat di haramkan oleh dirinya sendiri. Karena itu sama saja baha...