10. Kebahagiaan di Awal.

2 1 0
                                    

Kalau kemarin gue galau, risau, takut, gelisah, merana. Sekarang gue happy, bahagia, senang pakai banget.

Penyebabnya? Karena Topan tiba-tiba hubungin gue tadi malam.

Ya, serius gak bohong. Gue nih yang galau merana kemarin sekarang lagi jalan di lorong kampus sambil senyum-senyum.

Ciah, kayak orang gila.

Biarin... Penting gue bahagia.

Mau tau gak? Gue yakin sih kalian mau tau, karena gue mau tulis kisah gue sampai akhir.

Biar gak di gantung seperti hati kalian. Canda kalian.

Niatnya kemarin malam tuh, gue yang sudah duduk di ranjang sendirian mau langsung tidur. Tiba-tiba handphone gue getar tanda adanya panggilan telepon masuk.

Nomor gak di kenal yang muncul, gue bimbang plus bingung. Tapi dengan perasaan itu, gue geser ikon hijau buat nerima panggilannya.

Betapa terkejutnya gue saat pertama kali yang terdengar adalah pertanyaan ini, "HALLO KAKAK IPAR, BENER INI CALON KAKAK IPAR?"

Suaranya melengking, bikin telinga berdenging. Awalnya gue gak tau siapa itu, tapi suara berikutnya gue kenal baik. "Siniin Fajar! Abang pinjem!"

Topan, itu suara Topan. Gue kenal banget suara itu, dan gue yakin itu Topan.

"Assalamualaikum, Li?"

Li, di ambil dari nama paling depan gue. Dan satu-satunya orang yang panggil gue seperti itu hanya Topan seorang. Selain panggilan sayang tentunya.

"Wa'alaikumsalam." Diam-diam gue bernapas lega, mengucap syukur dalam hati sebab bisa mendengar suara Topan kembali.

"Yang, maaf ya."

Balik lagi perasaan takut gue buat menghadapi Topan setelah perlakuan kakak padanya. Tapi gue gak bisa jauh dari dia. Lima hari gak lihat Topan, hidup gue hampa.

"Aku yang harusnya minta maaf." jawab gue pelan banget.

"Kamu salah apa? Aku yang salah di sini karena gak kabarin kamu sama sekali lima hari ini, maaf jangan marah ya?"

"Aku gak marah, kamu baik-baik aja, kan?"

Topan dengan lembut bilang dia baik-baik aja dan juga dia mengatakan bahwa pagi besok akan masuk kembali ke kelas.

Gue gak berani bahas masalah dengan kakak tempo hari. Selain gak bisa, gue juga gak mau rusak moment yang agak lumayan tenang antara gue dan Topan.

Lima hari overthingking sendiri bikin gue sadar, gak enak di tinggal pas lagi sayang-sayangnya. Untung, gue gak di tinggal selamanya. Karena gue yakin Topan gak akan menghempas gue dari hatinya.

Jadi, disinilah gue sekarang. Duduk di bangku kelas sambil menunggu Topan datang. Dia bilang udah on the way tadi pagi, maunya dia jemput gue tapi gue tolak.

Bukan apa, tau sendiri, kan? Kakaklah alasannya. Dari berangkat, sampai pulang gue di jemput dia.

Gue belum berbaikan, cuma nurut apa yang dia mau lakukan. Mungkin nanti saat gue udah mendingan, rasa ingin memberontak akan di keluarkan.

"Hai." Kalau kalian sangka gue rindu Topan, itu gak salah. Tapi gue lebih rindu senyum dia, udah manis candu abis.

Yang sudah menjadi kebiasaan Topan saat lihat gue berangkat duluan, sambil nunggu dia di kelas adalah jongkok didepan meja gue, tatap mata gue sambil senyum memperlihatkan gigi.

Gak tau kenapa dia ngelakuin itu, tapi gue suka kebiasaannya ini. "Apa kabar?" Gue bertanya sambil elus pipi dia pakai telunjuk gue.

"Jadi lebih baik lagi saat lihat kamu." Tangan gue udah di genggam dia, di bawanya kedepan bibir, gue tarik sebelum nempel.

Jodoh Buat Kakak |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang