"Ra? Bentar lagi wisuda, mau beli baju untuk wisuda sekarang gak?"
Tumben, padahal saat Kak Anri mengajak gue ke toko baju waktu itu. Dia bilang, bisa pakai kebaya bekas dia wisuda.
"Beli dimana? Sekarang kan lagi di desa, mana ada butik yang kayak waktu itu?"
Kak Anri menjawab, "Beli online aja. Kakak punya rekomendasi tokonya, kamu pilih aja. Nih!"
Handphone dia di serahkan ke gue, antara bingung sama senang sih. Kesannya dadakan, tapi gue suka kalau di tawarin belanja gini.
Apalagi pilih sendiri, "Kok model bajunya couple semua? Mana bisa?"
Dari etalase, seluruhnya berisi baju yang berpasangan. Untuk cowok dan cewek gitu.
"Bisa, kakak kenal sama adminnya. Kamu pilih aja, jangan lama-lama. Keburu kakak berangkat kerja!"
Okelah, tinggal pilih saja mah gampang. Gue gak yakin sih, tapi model kebaya di toko online ini bagus-bagus. Kemungkinan cocok aja buat acara wisuda.
setelah scroll sampai bawah, mata gue tertarik dengan model kebaya jaman dulu tapi terlihat gak ketinggalan jaman.
Simple, tapi elegan. Begitukah kata yang pas?
"Kak? Ini cocok gak buat wisuda?"
Sambil menerima ponsel dia dengan tangan kiri, karena Kakak makan pakai tangan. Dia fokus melihat dengan dahinya mengerut. Apakah berpikir bagaimana harganya?
Gue mengaku, itu kebaya gak murah harganya. Di banding yang lain, harga dia lebih mahal sedikit. Tapi free hijab.
"Gimana, Kak?"
"Kamu suka warna hitam gini? Variannya gak ada warna lain, hanya itu?"
"Iya, biar kelihatan kurus kalau di foto! Gimana?"
"Ya kalau kamu suka, cocok aja!" Kebiasaan, kalau di mintai pendapat selalu itu kalimatnya.
"Mak! Cocok gak?" Gue beralih pada Mamak yang serius sekali memilah daging sama duri bandeng di piringnya.
"Lihat!" Di gesernya ponsel kakak, Mamak meneliti dengan cara yang sama seperti memilah ikan tadi. "Bagus, sederhana tapi gak terlalu sederhana banget. Mamak suka lihatnya."
Sedikit membingungkan penjelasannya, tapi gak masalah. Mamak suka sama pilihan gue, jadi kemungkinan akan cocok.
"All size, muat gak ya?"
"Muat, diet mulai sekarang!" Kejam!
"Ya udah. Checkout ini aja, Kak!" Kakak mengangguk kemudian berdiri, hendak cuci tangan sepertinya.
Gue kembali melanjutkan sarapan sambil menjawab beberapa pertanyaan Mamak. Tentu saja mengenai masa kuliah, masa magang, masa skripsi sekarang.
Mamak kalau bertanya terkadang arahnya sana sini, bisa saja pembahasan belok arah dari timur ke selatan. Dari orang A sampai teman C.
Begitulah pokoknya.
"Kalau sudah mau datang, kakak kabarin!" Begitu selesai mengatakannya, Kakak langsung berpamitan pada Mamak dan berangkat kerja.
"Terus? Kakak kamu sama Fahri gimana? Jadi lebih dekat gak?" Mamak baru berani bahas setelah suara mobil kakak menghilang."Bang Fahmi ke Ausie, ada tugas kantor yang bilangnya pertukaran pegawai gitu. Harusnya ajak Kak Anri, bisa-bisanya berangkat sendiri!"
Gue sedikit kesal dengan Bang Fahmi, dia lebih pentingkan masalah kantor daripada mengajak Kak Anri ke pelaminan. Gue hampir marah, saat Bang Fahmi bilang lagi di bandara untuk perjalanan enam bulan ke Ausie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Buat Kakak |TAMAT|
RomanceFamily || Selesai Jira hanya ingin satu hal. Menikah setelah kakaknya. Hanya itu, tapi rasanya begitu sulit di gapai. Bagi Jira, lebih dulu menikah sebelum kakaknya adalah larangan, sangat di haramkan oleh dirinya sendiri. Karena itu sama saja baha...