"Assalamualaikum," suara dari luar terdengar ketika gue dan Cahya membentangkan karpet di ruang tamu. Sofa dan meja sudah di singkirkan, jadi ruang tamu terlihat luas sekarang.
"Wa'alaikumsalam, siapa, Ya?"
"Gak tau," Tapi Cahya berdiri membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.
Oke, gue gak mau heboh sendiri. Tapi yang datang, "Dera!" reflek teriak, lupa kalau di rumah."Hai!" Boleh kan ya, kangen sahabat?
Tentu aja, si Hazim ikut Dera. Tapi gue gak basa-basi, langsung peluk ini tunangan orang. "Sesak, Jir!"
Kami ketawa, lebih tepatnya kami semua tertawa. Sialan, gak ketemu beberapa bulan aja sudah begini reaksi gue. Gimana gak, yang tadinya ketemu everyday jadi LDR atau long distance relationship .
'Seperti orang pacaran aja!' Terserah!
"Ngapain kalian kesini?" Gak menyangka aja.
"Main lah, gue kangen sama lo!"
Gue pura-pura ngambek, sama Hazim terutama. "Gue gak di anggap sahabat sampe mau tunangan aja gak di kabarin! Diam-diam gitu!"
Dera paham, ikutan bersandiwara karena tau niat gue. "Tau tuh, dia tuh Jir!" Mendukung dong, bukannya belain tunangannya."Ya maaf, nomor kamu di handphone aku kan udah di blokir Dera."
"Jadi kamu menyalahkan aku, Mas?" Gue geli, sumpah. Si Dera gak pernah sopan gini, gue merinding mendengar Dera panggil 'Mas' pada Hazim.
"Geli, Der! Lo yang bener aja!" Gue menjauh dari Dera yang nemplok ke tubuh gue.
"Suka hati gue!" Kemudian Dera mendatangi Cahya, "Ganteng banget! Siapa nama?"
Cahya yang di ajarkan tentang siapa saja mahramnya itu langsung mundur ketika Dera hendak mencubit pipinya, "Saya Cahya!" Begitu jawabnya.
Baru kali ini gue lihat Cahya berwajah datar, bukan karena ngambek. Kalau ngambek raut wajahnya jelek, kalau ini keren. "Dia adik gue."
Dera ber-oh mendengarnya, mungkin masih terkejut dengan reaksi Cahya yang terlihat kurang friendly padanya.
"Loh, ini Dera dan Hazim pasti. Sudah sampai ternyata." Mamak datang, membawa nampan yang langsung di ambil alih Cahya.
Si Mamak juga ngapain bawa nampan kosong kesini? "Mamak kenal Dera?"
"Tau dari kamu, kan pernah kirim foto berdua sama sahabat kamu waktu itu! Lupa?" Mendadak amnesia, kapan?
"Kebiasaan dia, Mak. Masih muda padahal!" Kemudian dengan mudah dan cepatnya, Dera di bawa Mamak ke dalam rumah.
Dia lupa kalau ada Hazim di sini apa bagaimana? Nih calon suaminya di biarkan? Gue culik jangan nangis ya, Der!
"Mau ada acara, kan? Aku bantuin apa nih?" Sepertinya Hazim memang rasa pekanya tinggi, melihat orang berberes saja langsung paham kami di rumah sedang apa.
"Tinggal beresin karpet ini, tapi kalau capek masuk aja istirahat. Habis perjalanan panjang juga, kan?" Kasihan, dia tamu dari jauh. Masa suruh beres-beres.
"Gak masalah, nanti saja istirahatnya." Ini kalau Dera sengaja lupa, gue doain lupa beneran sama siapa calon suaminya. Gue tuh gak berani maksa di tambah rasa canggung gak enak hati meliputi.
Kurang ajar emang, Dera!
"Kak, handphone kakak bunyi!" Handphone gue ada di kamar, Cahya lagi berjongkok di depan pintu kamar Kak Anri. Sepertinya terdengar karema volumenya gue full-in, karena gue sedang dalam masa menanti notifikasi dari dosen pembimbing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Buat Kakak |TAMAT|
RomanceFamily || Selesai Jira hanya ingin satu hal. Menikah setelah kakaknya. Hanya itu, tapi rasanya begitu sulit di gapai. Bagi Jira, lebih dulu menikah sebelum kakaknya adalah larangan, sangat di haramkan oleh dirinya sendiri. Karena itu sama saja baha...