8. Kakak Gue (Sangat) Jahat!

7 1 0
                                    


"Masuk!" Gue mengerjap berharap kak Anri menjelaskan perintahnya, eh malah membentak dia. "CEPAT KE RUANG TAMU!"

Gue bergegas narik tangan Topan buat nurut perintah kakak. Sial, tangan gue di tarik sama kakak. Mana sakit banget lagi.

"Gak usah pakai gandengan, gak bisa jalan sendiri cowok ini?"

"Kak!"

"Apa?" Kak Anri melotot, gue menciut. Akhirnya gue masuk dan milih duduk di sofa. Topan kelihatan jalan di depan kakak sambil nunduk.

"Kak, kami tad..."

"Apa?!"

Gue menciut gak berani lanjut, sialan bin akut. Kak Anri sangat seram auranya, ngapain juga sih dia pulang jam segini! Baru juga berangkat kan dia?

Topan di suruh duduk yang jauh dari gue dan kakak, posisinya kurang lebih berhadapan antara kakak dan Topan,  dengan bersekat meja lalu gue ada di samping kakak.

"Jadi ini, simpanan kamu, Dek?" Harus 'simpanan' ya bahasanya?

"Pacar aku, Topan Mahesa namanya." Padahal bukan seperti ini cara yang gue pengen buat ngenalin Topan.

"Sudah kakak duga, kamu berubah dan terus paksa kakak buat nerima Fahmi, karena ini?"

"Ya, aku dan Topan udah lama pacaran dan niat akan menikah. Jadi, kakak harus merestui kami!" Gue marah, dia selalu murka saat ngeliat gue bersama dengan cowok pilihan gue. Entah itu hanya teman sekalipun.

Ekspresi kakak bikin gue ngerasa gak enak hati sama Topan, sebab kakak mandang remeh dia. "Gak, kakak gak akan kasih restu apapun."

"Kak!"

"Cowok gak punya etika, pegang anak orang tanpa izin bahkan berani pacarin kamu tanpa bilang juga ke orang tuanya. Apa itu cowok yang bikin kamu jatuh cinta?"

"Kakak keterlaluan, kakak tau!" Gue mau marah, tapi Topan menyela.

"Maaf sebelumnya, saya sudah melakukan kesalahan sangat fatal. Tapi hari ini niat saya buat menemui mbak untuk meminta izin menikahi Jira, mbak."

Kak Anri bersandar, bersidekap menatap tajam Topan. "Setelah pacaran lama, pegang-pegang, dan entah apa yang sudah kalian lakukan? Kamu pasti tau, kamu sangat terlambat!"

Topan sedari tadi menunduk menatap kaki, gue bingung harus bagaimana. Di satu sisi, rasa takut gue pada amarah kak Anri begitu besar. Tapi keinginan untuk membela Topan juga sama besarnya.

"Saya tau, tapi nasihat papa saya bahwa segala sesuatu yang berani kita mulai saat ini tidak akan pernah terbilang kata terlambat."

"Well, anak papa. Tapi di mata saya kamu sangat-sangat terlambat!" Cibir kak Anri.

"Kak!"

"Dek! Kamu yang harus dengerin kakak. Cowok kalau dia berani datang ke rumah, minta izin terlebih dahulu pada orang tuanya baru mendekati putri rumah itu. Baru cowok yang pantas buat kamu! Gak yang berani pegang tanpa minta izin!"

Gue gak tahan, kakak bener-bener keterlaluan. Silahkan salahkan gue jika kata-kata yang gue ucapkan kasar, hujat atau bully sekalian. Gue gak peduli!

"Kakak kenapa gak kenalan sama Topan dulu? Gak semua yang kakak sangka baik akan selalu baik, jahat akan jahat. Bahkan kakak baru lihat Topan lima menit yang lalu!" Air mata gue udah meluruh, sesek banget nafas gue.

"Kakak bilang sama Jira untuk gak langsung nilai orang dalam satu sudut pandang, terus ini apa yang kakak lakukan? Kakak selalu egois, bahkan dengan bang Fahmi. Apa semua cowok di mata kakak gak pernah benar?"

Jodoh Buat Kakak |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang