12. Mereka Lucu

6 1 0
                                    

"Jangan godain pacar Abang, Mas!" Gue terkejut dengan teriakan itu, tahu kalau itu suara Topan. Tapi gak tau dari mana orangnya.

"Husnudzon mulu jadi orang, cantik gini kakak ipar?" Gue bingung, bisa di bilang bocah gak sih? Tinggi dia masih rata-rata bocah pada umumnya, tapi mulutnya kok begitu? "Daripada jadi kakak ipar kenapa gak jadi pacar aku?"

"Mau abang golok?"

"Bang!" teriak Mama Pia dari dapur, karena salah satu kembar juga baru pulang langsung meminta di buatkan makanan.

"Fajar kurang kerjaan, Ma. Sana mandi kamu, jangan bikin abang gak dapat jatah makan nanti malam!"

Fajar? Jadi anak laki-laki di depan gue adalah adik Topan, yang bikin dia takut gue berpaling. Salah satu kembarannya tadi gue liat cuma punggungnya, dia langsung sembunyi di balik badan Fajar saat gue melihat dia pulang. Habis itu langsung lari ke dapur minta makan.

"Jadi kamu Fajar?" Sapa gue setelah di landa bingung.

"Iya, paling tampan di rumah ini. Fajar Putra Mahesa, kakak calon pacar?"
Gue terkikik, Topan duduk merapat di samping gue sambil melotot gak terima.

"Kejira." jawab gue memperkenalkan diri, gak peduli pada wajah Topan yang sudah mendidih.

Fajar tertawa sambil membekap mulut, "Namanya lucu kayak orangnya." Perasaan gue belum ngelawak. "Jadi pacar aku yuk!"

"FAJAR!" Jadilah adegan kejar-mengejar antara Topan dan Fajar. Topan yang nampak marah, Fajar yang lari dengan ketawa. "Berhenti sini, Abang mau salim sama kamu!"

Hebat, Fajar langsung berbalik dan menghampiri Topan dengan tangan di sodorkan, pada sang kakak yang berdiri dekat tangga. Dugaan gue benar sih, Topan hanya mengecoh dengan kata karena sekarang Fajar sedang berteriak di bawah ketiak Topan.

"Abang tukang bohong, jangan mau kak Keji sama abang. Nanti di kibulin!"

Mama Pia kembali duduk di samping gue, dengan seorang cewek mungil mengikuti di belakang tubuhnya. "Kalau udah kumpul ya gini, rame." Beralih pada putri-nya, "Kenalan sama kak Jira sini, sayang!"

Gadis itu menggeleng lucu, gemes banget.

"Kakak gak gigit kok, nama kakak Jira."

Gadis itu memunculkan wajah sekilas kemudian kembali bersembunyi. Astaga kiyowo! Gue seperti di perlihatkan sosok Fajar versi kalem. Wajah Fajar dan gadis pemalu--gue belum tau namanya--itu mirip sekali.

"Ayo, kamu katanya kemarin mau ketemu kakak ipar?" Mama Pia kembali bersuara.

Gadis itu memunculkan diri, hanya melihat tanpa berani mengangkat tangan untuk menyambut tangan gue yang sejak tadi terulur.

"Siapa namanya?" Gue sudah tarik kembali tangan, gadis itu masih enggan memberi jawaban. Gemes banget sama tingkah malu-malunya. Berbanding terbalik dengan saudara kembarnya.

"Masih malu, maafin ya Jira. Pertama jumpa orang ya gini, sembunyi di balik tubuh. Ini Senja namanya." Kok gemesin sih? Topan, Fajar, Senja. Ahhh, lucu sekali.

"Gak papa, Ma." Senja masih diam-diam memunculkan diri sambil makan buah di tangannya. Sedangkan Topan datang dengan adiknya yang berada dalam kekangan ketiaknya.

"Lepasin, Bang! Sakit itu Mas!"

"Bau, ketek abang bau, Ma!" Protes Fajar meminta pertolongan. Mama Pia berdiri membuat gue dan Senja duduk berdua di sofa. Entah keberanian dari mana, gue ajak dia bicara dan ternyata dia mau jawab.

"Hai, Senja." Awkward sih, tapi ya sudahlah.

"Kakak pacar Abang?" Gue yakinnya abang itu panggilan Topan, jadi gue mengiyakan. "Senja adiknya Abang."

Jodoh Buat Kakak |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang