Seru ternyata ngerjain temen kayak gini. Lihat muka panik dan ekspresi seperti percaya gak percaya, terlihat sangat menarik untuk gue terusin.
"Kenapa muka kalian kayak gitu sih?" Pertamyaan gue itu yang langsung mendapatkan wajah bingung dari Dera. "Pacar lo dari tadi berdiri di belakang tuh!" ungkap gue.
Dera dengan cepat berbalik, badannya tegang layaknya orang terkejut. "Hazim!" Begitu teriakannya.
Dan berhasil mengundang atensi seluruh karyawan yang tengah makan siang di kantin.
Drama pertemuan pasangan LDR, yang katanya gak kangen juga akhirnya mengaku salah. Dasar.
Gue gak jabarin disini ya? Malas sebenarnya gue. Berasa lihatin drama sinetron. Baik gue aja yang lihat, kalian jangan. Oke!
"Hai, Jira!" sapa Hazim setelah temu kangen sama pacarnya.
Niatnya mau balas sapaannya nih, ingat sopan santun gitu, kan. Tapi setelah tatapan gue melihat pacarnya melotot gitu, bikin gue takut sih. Tapi nanggung gak di lanjut, kan?
"Hai Mas, Kabar baik nih pasti?"
"Iya, baik." jawab Hazim ramah banget.
Dera menghalangi mulut gue yang mau ucap sesuatu lagi, "Lo beneran sama omongan lo tadi?""Yang mana?"
"Lo bilang tertarik sama Hazim? Serius?"
Lama gue lihatin Hazim, mulai berani dan tidak peduli dengan amarah Dera. Yang di lihat antara salah tingkah sama takut macan betina bangkit marah. "Serius," jawab gue sambil natap Dera.
Bener dugaan gue, Dera marah. "Kenapa lo bisa tertarik? Lo masih punya pacar, kan?"
Gue mengangguk, belum ada kata putus antara gue dan Topan. "Iya, masih. Gue bilang kan tertarik aja, gak sampai sayang apalagi cinta!"
"Sama aja, anj****!" maaf, sensor ya.
"Lo kenapa marah sih Der?" gue masih santai, walau didepan gue Dera sudah berapi-api.
"Ya pikir dong kenapa! Lo coba rebut pacar gue!"
"Gue gak bergerak dari tadi loh! Rebut gimananya?" heran kan?
Dera mau teriak-teriak lagi, gue cegah dengan suruh dia duduk dan mendengarkan.
"Kalau gue mau rebut Hazim dari Lo, gue akan diam-diam lakuinnya. Gue juga gak akan terus terang sama lo tadi!"
"Boong!"
"Lagian kenapa takut banget di rebut sih Der? Lo gak percaya cinta Hazim buat lo itu tulus?" Dera diam, kelihatan berpikir. Cuma sebentar, karena dari sorot matanya terlihat sahabat gue itu akan mengomel kembali.
Gue gak peduli, berganti menatap Hazim yang terlihat terkejut. "Lo juga mas, serapuh itu cinta lo buat Dera?" Jawabannya ialah gelengan kepala.
"Tuh, kalau cinta kalian kuat satu sama lain. Orang ketiga gak akan dapat kesempatan buat masuk dan hancurin hubungan kalian."
"Masalahnya orang ketiganya ada didepan mata!" sarkasnya Dera memang kejam, gue sih sudah siaga. Jadi lumayan kebal.
"Lalu? Kenapa lo cuma marah aja?"
"Gue gak marah!"
"Tapi lo bentak-bentak gue dari tadi!"
"Gak! Gue-" Hazim menghentikan pertengkaran kami, gue gak tau kenapa harus kepancing emosi. Mungkin karena gue gak terima di bentak kayak tadi.
"Udah! Kalian sahabat loh, kenapa berantem sih!"
Gue diem, Dera juga. Lagi netralin emosi masing-masing. Sementara Hazim terlihat ngusapin punggung Dera, mungkin untuk bantu hilangin emosi pacarnya.
"Gue cuma kasih perumpamaan, Der. Gak selamanya perasaan lo ke dia tetap sama seperti di awal. Begitupun sebaliknya. Pernah merangkai masa depan berdua, belum tentu tercapai bersama pula. Kalau lo gak waspada dan tetap di tempat tanpa tau bayangan orang ketiga bisa rebut kebahagiaan lo, gue takut lo bakal lebih sakit dari yang gue bisa duga."
"Gue senang kalian berdua masih dan terus mencintai sampai sekarang, maka dari itu kuatin hati dan cinta di antara kalian." Gue menatap keduanya bergantian, "Jangan menyakiti satu sama lain, sebagai sahabat gue cuma bisa mengingatkan."
****
"Nanti ikut aku ke booth promosi kita ya, Ra?"
Lah, gue kan gak dapat izin dari kantor untuk ke lapangan, gimana sih bang Cipta? "Bang? Aku kan...."
"Udah di izinin! Pak Zuid kasih izin hari ini, kita lagi kekurangan staf disana." gue seneng banget dengarnya, tapi gak berani lonjak-lonjak. Akhirnya gue bisa ikut ke lapangan. Sebagai anak pemasaran, jelas strategi marketing yang baik itu yang ingin gue pelajari.
Meskipun udah di kasih teori di kampus dan sekilas dari bang Cipta, tapi kalau lihat dan ngejalanin langsung itu bisa bikin lebih paham. Teori penting, tapi praktek jauh lebih penting.
"Kenapa sih Bang, aku gak pernah di izinin ke lapangan?"
"Gak ada alasan pasti sih, cuma kalau dari kepala marketing emang gender sangat berpengaruh. Perempuan yang melakukan penjualan ke lapangan dari kantor ini kadang menyalahkan tugas dan kewajiban. Kantor sudah kecolongan dua kali dengan pegawai marketing perempuan yang aneh-aneh.
Entah karena tergoda atau menggoda. Intinya pihak kantor gak mau lagi kecolongan. Gitu aja sih, maaf ya bukan maksud menyepelekan atau merendahkan. Tapi ini demi nama baik kantor aja yang harus di jaga demi kesejahteraan orang banyak."
Gue mengerti maksud kalimat panjang dari Bang Cipta tadi, lebih baik mengangguk saja. Gue gak berani tanya lebih.
"Nanti kamu cukup jagain booth aja, aku temenin. Gak perlu sebarin pamflet atau teriak-teriak, itu nanti tugas yang lain."
"Ada berapa orang emangnya, Bang?"
"Lima orang, sekaligus kita. Itu sebenarnya kurang kalau di pakai waktu event bazar seperti ini, tapi ya udah emang stafnya pada minta cuti. Lumayan juga pembagian gajinya jadi lebih gede."
"Aku juga ikut dapet gak, Bang?"
"Dapet lah, kan kamu juga ikut kerja."
Asikkk, lumayan."Berapa lama lagi kamu selesai magangnya, Ra?"
"Kurang lebih dua minggu lagi, Bang!" jawab gue gak yakin kapan tepat hitungannya.
"Setelah ini?"
"Apanya?"
"Kerja dimana? Atau nikah?"
Gue ketawa, "Belum ada pandangan kesana sih!"
"Pandangan kemana? Nikah atau kerjanya?"
"Nikah."
"Kan pacar udah punya? Gak di lamar emang sama pacar?" Bang Cipta lagi nguji apa gimana ya?
"Yang lamar pacar aku, kan? Bukan aku, Bang. Jadi gak tau."
Bang Cipta ngangguk-ngangguk aja, tapi setelah itu bersuara lagi, "Kalau gitu kamu fokus kerja aja dulu, Ra. Sayang ilmu dan ijazah kamu."
"Pengennya gitu, tapi belum punya tujuan bakal apa setelah lulus nanti. Lepas magang juga bakal mikirin skripsi dulu, Bang. Yang lainnya bisa nyusul."
"Bener tuh! Skripsi selesaikan dulu, baru mikir yang lain..." Selanjutnya Bang Cipta cerita bagaimana dia pada saat masa akhir kuliahnya dulu. Suka duka ia ceritakan semua, seperti tanpa ada yang terlewati.
Gue dengerin dengan seksama, ikut antusias jika ada orang yang menceritakan pengalaman hidupnya.
"Kalau aku tau wisuda itu akhir dari perjalanan masa kuliah, udah terjamin aku gak bakal pulang cepat, Ra! Sampai sekarang, waktu buat ngumpul dan nostalgia sama anak-anak kampus belum terwujud."
****
===BERSAMBUNG===
1030 Kata
20 July, 2023
PuMa
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Buat Kakak |TAMAT|
RomanceFamily || Selesai Jira hanya ingin satu hal. Menikah setelah kakaknya. Hanya itu, tapi rasanya begitu sulit di gapai. Bagi Jira, lebih dulu menikah sebelum kakaknya adalah larangan, sangat di haramkan oleh dirinya sendiri. Karena itu sama saja baha...