Bab 1

263 89 42
                                    


Happy reading.....

*****

Rapat OSIS kali ini di adakan di ruang Osis dan di pimpin oleh ketua Osis Ervan Narendra cowok berbadan tinggi dan berpenampilan lucu, rambut mangkoknya serta kacamata yang selalu bertengger di matanya menambahkan kesan imut dan menggemaskan.

Apalagi jika ia sedang berpidato atau mengatur barisan upacara kakak kelas atau adik kelas banyak yang mengaguminya bukannya takut terhadap ketua Osis tapi mereka tidak! Karena ketua Osis kali ini sangat ramah bahkan di segani oleh siswa-siswi SMA Bhinabakti.

Satu Minggu ini akan di adakan clasmeeting makanya para Osis sibuk mengurus sana-sini, biasa nasib Osis jadi babu!

"Ada yang perlu di tanyakan?!" tanya Ervan dengan jelas agar para anggota atau rekannya memahami apa yang ia jelaskan tadi.

"Van gue urus bagian apa?" tanya Aksa selaku Wakil Ketua Osis.

Ervan nampak berpikir sejenak dan menjawabnya "Aksa ngurusin data perlombaan," jelasnya dan di angguki oleh Aksa.

Rapat kilat kali ini sudah selesai dengan lancar tanpa ada kendala, Ervan duduk di kursinya dan meminum air mineral yang ada diatas meja.

Ervan berniat untuk ke kantin membeli makanan untuk perut kosongnya ini.

Sesuap nasi goreng sudah di makan oleh cowok itu ia memakan dengan lahap karena lapar yang melanda perutnya, seketika ada tangan yang melingkari bahunya.

Ervan bergidik ngeri ia menoleh cowok itu sontak terkejut dengan keberadaan Yorcha yang berani memeluknya di area sekolah.

"K-kamu ngapain?" tanya Ervan sedikit gugup.

"Nemenin kamu dong sayang" ucap Yorcha.

Yorcha yang kerap di panggil Ocha cewek blesteran Prancis itu sedang menggoda sang ketua Osis, ia suka dengan Ervan belum lama. Ia ingin mendapatkan Ervan untuk di jadikan pacarnya.

"Lo apa-apaan sih Ca!" tegur Aksa teman Ervan yang duduk di sebelahnya.

Aksa tahu jika Yorcha tidak punya urat malu jika di depan umum, tapi setidaknya ia sudah mengingatkannya.

"Gak usah ganggu deh lo, mending lo pergi sana!" suruh Yorcha tersenyum miring.

Di belakang Yorcha tentunya ada antek-anteknya siapalagi jika bukan Vania dan Vivian bocah kembar yang berbeda sifat dan kepribadian.

"Y-yorcha bisa kamu aja yang pergi saja?" ucap Ervan dengan perlahan.

"Lo kok gitu sih Van?!" kesalnya.

"Maaf Ca t-tap,"

"Gue gak mau!" sentak Yorcha.

"Udah si Van nurut aja," celetuk Vania.

"Lo budeg apa gimana?!" ucap Vana yang tiba-tiba datang dari arah selatan.

"Gak usah ganggu deh lo," protes Yorcha tidak terima dengan kehadiran Vana.

"Gue ganggu? Cih! Bukannya lo yang ganggu dia? Dia gak suka adanya lo ngerti?!" sarkas Vana dan menunjuk tepat pada wajah Yorcha.

Brak!

Seketika Vana menggebrak meja yang ada di depan Ervan "Lo juga Van! Lo tuh ngusirnya kurang kasar! Apa perlu gue yang kasarin?!"

Ervan sontak terkejut dengan perkataan Vana, Yorcha tidak terima dengan perlakuan Vana ia pun mendorong bahu Vana dengan keras sampai sang empu sedikit terhuyung ke belakang.

"Lo apa-apan sih! Lo mau cuci otak Ervan buat jauhin gue?!" sarkas Yorcha.

"Iya nih sok jagoan banget," timpal Vivian yang baru membuka suaranya.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang