Bab 15

117 60 20
                                    

Happy reading.....

*****

Sesudah mengabsen semua siswa dan semua yang disebutkannya sudah masuk dalam bus, kini tinggal Ervan yang akan memasuki bus nya ketika ia akan menaiki tangga bus itu seketika tangannya di cegat oleh seseorang.

Dan seseorang itu adalah Yorcha, kenapa harus dia lagi? Apakah tidak cukup dengan masalah kemarin? Kenapa Yorcha tidak punya urat malu untuk menemuinya lagi.

"Ada apa Yorcha?," tanya Ervan yang mencoba sabar.

Tidak mengatakan apapun kini Yorcha langsung mencium pipi kanan Ervan.

Cup!

Tentunya ada Vana yang melihat kejadian itu ia melihatnya karena Vana duduk di kursi pojok sebelah kaca tentu ia melihat Yorcha yang mencium Ervan secara tiba-tiba, mata Vana kini memanas entah mengapa? Apa karena dia cemburu? Apa kini ia sudah mencintai Ervan? Kenapa hal seperti itu membuat ia sakit hati?

"Semangat Ervan!" ucap Yorcha lalu melenggang pergi.

Ervan yang kaget dengan itu langsung mengelap kasar pipinya yang habis di cium oleh seseorang yang ia jijik.

Lalu ia gelagapan ketika matanya bertemu dengan mata Vana di balik jendela bus walaupun terlihat samar tapi Ervan yakin mata Vana mengeluarkan air mata. Ia tidak bermaksud seperti itu ini bahkan ulah Yorcha padanya ia akan langsung menjelaskannya pada Vana sekarang juga.

Ketika Ervan akan menginjakan kakinya pada tangga bus tetapi ia dipanggil oleh Aksa, "Van, gimana udah beres semua?," tanya Aksa yang memastikan Ervan.

Lalu di angguki oleh Ervan, "Van lo dicariin sama Pak Agus, gih sana temuin," ungkap Aksa memberitahu.

Seketika bahu Ervan meluruh ke bawah disaat ia akan menjelaskan pada Vana tetapi ia harus menemui salah satu guru yang memanggilnya.

"Oke Sa," lirihnya.

Aksa mengangguk pelan lalu ia melenggang pergi dari hadapan Ervan cowok itu akan menaiki bus nya dimana dia duduk di bus 1.

Setelah menemui pak Agus cowok itu bergegas ke bus 4 untuk menemui Vana, tetapi yang ia lihat saat ini gadis itu sudah terlelap tidur dengan bersender di senderan kursi.

Ervan duduk dengan perlahan tanpa ingin mengganggu Vana lalu ia duduk dengan nyaman melihat Vana yang kesusahan dengan posisi tidurnya Ervan berinisiatif untuk memindahkan kepala Vana untuk bersandar di bahunya, tetapi disaat tangan Ervan sudah menyentuh bagian kepala Vana tiba-tiba cewek itu terbangun dan sudah melihat Ervan yang tiba di sampingnya.

Pikiran tadi masih terlintas di pikirannya membuat ia tidak ingin bersama Ervan, Ervan tau jika Vana sedang cemburu bahkan wajahnya tercetak jelas saat ini wajah yang cemberut dan bibir yang selalu terkatup memanyun.

"Vana, aku minta maaf" ucapnya.

"Buat?," tanya Vana yang tak seolah tidak mengerti.

"Jangan pura-pura gak tau tadi kamu liat semuanya kan, Yorcha yang mulai du-" ucapnya terpotong Vana langsung menatap tajam Ervan ketika memanggil nama Yorcha di depannya.

Lelaki itu langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat ia tidak mau gadisnya yang sudah marah bertambah marah lagi, Ervan mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya yang selalu keceplosan menyebut nama Yorcha di depan Vana.

Vana menghela nafasnya pelan, "Gue tau dia yang deketin lo duluan tapi apa salahnya sih buat ngehindar makanya jangan jadi orang yang gak enakan bisa kan?!" ucapnya yang selalu menekankan di setiap katanya.

Cewek itu ingin berteriak tetapi ia tahu ini bukan tempat yang sepi bahkan para teman-teman sebus nya sudah pada tertidur lelap karena bus sudah jalan sedari tadi.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang