Bab 32

65 36 4
                                    

Happy reading......

*******







Ervan pulang dengan di antarkan oleh Vana, Ervan tau jika gadis itu sangat kelelahan jadi Ervan membiarkan gadisnya pulang tanpa ia ajak ke rumahnya terlebih dahulu.

Ervan memasuki rumahnya dengan wajah yang sedih biasanya jika Ervan kemana-mana lalu pulang ke rumah selalu di sambut hangat oleh Bundanya tapi sekarang Eva sudah tidak ada lagi hanya Ervan sendiri yang ada di rumah.

Lelaki itu menaruh kopernya di kamar lalu ia mengayunkan kakinya menuju kasurnya ia merebahkan dirinya dan mulai memejamkan matanya.

Ervan tertidur sore ini Ervan sangat lelah dan butuh istirahat ia juga merindukan kasih sayang Bundanya.

Jam menunjukan pukul 7 Ervan terbangun dari tidur pulasnya ia mengucek matanya dan pergi ke dapur untuk membuat coklat panas. Setelah membuatnya ia kembali lagi ke kamar dan terduduk di meja belajarnya di meja terdapat foto Eva ia tidak memegangnya hanya melihatnya saja sambil meminum susu coklatnya yang masih hangat.

Ervan seraya berpikir kalau ia seperti ini terus ia akan terus menerus dalam keterpurukan ia tidak mau itu mau bagaimana lagi Eva sudah tenang di sana ia tidak boleh memikirkannya lagi.

"Sepi banget rumahnya," gumam Ervan.

Ia tidak tau lagi mau ngapain di rumah ini ia sangat bosan karena merasa sepi ia mencoba menghubungi Vana siapa tau rasa bosan itu hilang begitu saja.

Ervan mengambil handphone nya di nakas dan mulai memencet nomor Vana ia menelepon Vana. Lalu sambungan telepon tersambung.

"Tumben telfon kenapa Van?,"

"Gpp kangen kamu aja,"

"Baru tadi loh Van kita ketemu,"

"Ya gpp kan rasa kangen aku ke kamu itu besar banget,"

Ucap Ervan dengan di selingi tawa khas nya. Di seberang sana Vana hanya memutar bola matanya malas lalu terfokus pada telefon ia memencet tombol vidio call ia ingin melihat kondisi Ervan sekarang selang beberapa detik belum di jawab oleh Ervan sampai Vana geram sendiri padanya bukankah tadi Ervan sendiri yang bilang kalau dia merindukannya tetapi Ervan malah enggan mengangkat panggilan vidio darinya.

Ervan sendiri gelagapan ketika benda pipih yang ia pegang tiba-tiba bergetar dan menampilkan panggilan vidio dari Vana ia merapikan rambutnya yang berantakan dan merapikan bajunya agar terlihat rapi sesekali ia berdeham mengecek suaranya dan baru ia mengangkat panggilan vidionya.

Yang ia lihat Vana seperti ingin marah-marah padanya namun tetap saja Vana terlihat cantik ia ingin menahan tawa tapi tidak bisa ia sembunyikan begitu saja.

"Pffttt," Ervan.

"Kenapa kamu hah?" geram Vana.

"E-enggak pa-pa kok," kekeh Ervan.

"Kenapa vidio call pasti kamu kangen aku juga kan terus pengin lihat wajah aku terus kan. Jujur aja Van aku gapapa kok," lanjutnya.

"Dih apaan dah bukannya kamu yang kangen aku. Nuduh-nuduh aku lagi," ujar Vana.

Di layar handphone Ervan nampak termenung dan menampakkan raut sedihnya setelah Vana mengucapkan itu Vana melihat raut wajah Ervan yang langsung berbeda langsung saja Vana mengalihkan topik.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang