Bab 19

92 54 83
                                    

Happy reading....

*********

"Gak nyanyi aja?," tanyanya lagi dan di balas dengan gelengan kepala Ervan.

Kenapa Ervan memilih hukuman karena tadi Aca sudah menyanyi untuk hiburan jadi dia memilih hukuman walaupun sebenernya dia bisa menyanyi.

"Kamu maju 5 langkah ke kanan," intruksinya dan di jalani oleh Ervan.

"Pegang saka tembok itu, bilang sayangku... terus lanjutin kata-kata dari kamu yang mau kamu sampaikan," ucapnya.

Seketika Ervan menyesal telah memilih hukuman daripada menyanyi pasti setelah ini ia akan merasa malu sekali apalagi terhadap Vana ingin rasanya ia menghilang saja dari muka bumi ini.

Ervan mulai memegang tembok itu dan berkata.

"Sayangku....."

Baru begitu saja semua orang yang melihatnya sudah tertawa sekencang mungkin karena melihat wajah Ervan yang tertekan dan sangat lucu.

"Sayangku engkau begitu mulus," ucap Ervan dengan cepat dan langsung kembali ke tempat duduk.

Setelah mengucapkan itu semua orang terbahak-bahak mendengarnya karena secara logika tembok itu sangat kasar dan Ervan bilang kalau itu mulus.

"Anjir mulus cok!"

"Sayangku engkau begitu mulu,"

"Kasar gitu bisa di bilang mulus anjir!" ledek Angga, Rafael, dan Aksa dengan bersamaan.

Vana masih tertawa dengan kencang dengan tingkah Ervan yang seperti itu "Vana apaan sih kok masih ketawa gitu, ngejek banget," protes Ervan.

"Lagian kamu lucu si," kekeh Vana pada Ervan.

Dari kejauhan Yorcha dkk melihat sekumpulan teman-teman Vana yang sangat bahagia tertawa dengan senang ia bersidekap dada lalu tersenyum smirk tanpa di ketahui oleh Vania dan Vivian.

Selanjutnya semua siswa yang terkena hukuman sudah selesai dan semuanya yang ada di lapangan berhamburan kesana kemari ada yang membeli jajan ada yang pergi ke tendanya sendiri dan ada yang memasak untuk makan siang hari ini.

Kemudian, sesi makan siang sudah selesai dan semua siswa di kumpulkan menjadi satu di lapang yang luas untuk penutupan acara pada siang hari ini.

"Bagaimana anak-anak apakah seru?," tanya Pak Satria dengan semangat.

"Seru Pak!" sorak semuanya.

"Sayang sekali waktu yang tidak memadai dan jadwal yang sudah di tentukan maka siang hari ini kita akan pulang," ujarnya.

"Yah!" seru semua siswa, begitu juga dengan Aca.

Tidak dengan Vana yang ingin cepat-cepat pulang ia cukup lelah dan ingin tidur di kasurnya yang empuk.

Sesudah acara penutupan semuanya berhamburan ke tenda masing-masing untuk beres-beres barang-barang nya dan melipati tendanya untuk di masukkan ke wadah khusus tenda.

Perjalanan cukup lama di dalam bus bahkan hari sudah cukup sore senja menampakkan dirinya di sebelah barat indah dan cantik dengan warna khas orange kekuning-kuningan, Ervan dan Vana sama-sama sedang menikmati senja sore ini.

Sesampainya di apartemen Vana memencet tombol berulang kali.

Tingting! Tingtong! Tingtong!

Dew yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya terganggu dengan suara bel yang terus-menerus.

"Apakah orang yang memencet bel tidak mempunyai kesabaran?," batin Dew.

Dew mendengus kesal ia beranjak dari karpet dan di cegat oleh Senja. "Aku aja gapapa, kamu lanjutin tugasnya," ujar Senja dan di balas dengan dehaman Dew.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang