Happy reading.....
******
"Bunda kamu gak bisa di selamatkan, beliau terkena serangan jantung." lirih Dokter itu dan meninggalkan ruangan.
"Gak! Gak mungkin!" lirih Ervan.
Begitu juga dengan Vana yang langsung meneteskan air matanya dan Dew yang sedih mendengar kabar duka itu.
Ervan langsung memasuki ruangan ICU yang di tempati Eva ia melihat wajah Bundanya yang pucat pasi bibir yang putih dan wajah yang pucat.
"Bunda... Jangan tinggalin Ervan sendiri," lirih Ervan dengan isak tangisnya.
Vana mengelus pundak Ervan pelan ia ingin menyalurkan kesedihannya padanya Dew menarik tangan Vana dan membiarkan lelaki itu menangis dengan puas.
"Biarin Ervan nangis Van," ucapnya.
Vana paham dengan perkataan Dew dan menganggukinya.
Semalaman mereka bertiga di rumah sakit dengan mengurus asuransi nya dan yang lain.
Kini bendera putih sudah terpampang jelas di rumah Ervan menandakan ada kematian dan sedang berduka cita. Ervan masih berdiam diri di samping Eva yang sudah di balut dengan kain kafan. Sejak kemarin Ervan tidak mengatakan satu kata pun dan hanya berdiam di samping Bundanya, Vana tau perasaan Ervan pasti dia sangat kehilangan apalagi hanya Eva yang Ervan punya.
Semua yang ada di rumah Ervan kini menggunakan pakaian serba putih, dan tetangga Ervan juga turut membantu keperluan yang ada.
Ervan dan Vana tidak sekolah untuk hari ini mereka izin dan sekolah pun mengizinkannya.
Ervan tidak sanggup melihatnya ia hancur berkeping-keping ia tidak punya keluarga lagi ia tidak punya siapa siapa lagi sekarang Ervan hanya sendirian tidak ada yang menemaninya lagi tidak ada Bunda yang membuat susu coklat lagi semuanya hancur.
Seharian Ervan tidak mau makan walaupun itu Vana yang membujuknya ia tidak selera untuk makan hanya melihat makanan saja ia tidak mau, sekarang ia menyendiri di kamar dengan pintu yang tertutup rapat tanpa di kunci olehnya.
Pemakaman Eva hari ini lancar tapi hati Ervan yang hancur kini lelaki itu sedang duduk di meja belajarnya dan menatap bulan purnama yang bulat sempurna.
"Bunda... Kenapa ninggalin Ervan," lirihnya.
"Bunda... Janji bakalan sama Ervan terus tapi Bunda pergi duluan," ucapnya.
Dan sebutir air mata menetes jatuh tepat di foto Ibunda nya Ervan tidak bisa membendung air matanya lagi dan jatuh tanpa ia minta, ia melihat foto Eva yang sangat cantik baginya perempuan yang paling Ervan cintai dan perempuan paling cantik lantas ia menangis dalam diam dan memeluk foto itu dengan dalam.
Jam sudah menunjukan pukul 11 Vana mengetuk pintu Ervan dari luar namun tidak ada jawaban ia mengetuk lagi dan lagi tapi nihil tidak ada jawaban ia khawatir dan membuka handle pintu tersebut.
Pintu terbuka dan menampakkan Ervan yang sedang menelungkup kan kepalanya pada tumpukan tangannya seketika Vana bernafas lega dan mulai menghampirinya.
"Ervan," panggilnya.
Namun tidak ada jawaban sang empu lantas gadis itu berjongkok ia mendengar nafas Ervan yang teratur Vana tersenyum hangat ia tau jika Ervan tertidur.
Sebelum ia memindahkan Ervan ke ranjang Vana melihat foto Eva yang sedang di peluk hangat oleh anaknya. Vana tersenyum kembali mengingat Ervan yang sangat menyayangi Bundanya.
Ia mengambil foto itu dan mulai memapah Ervan berjalan ke arah ranjang. Vana mengambil selimut untuk menyelimuti tubuh Ervan sebelum ia keluar pergelangan tangannya di tarik oleh Ervan, sontak Vana berbalik arah dan melihat Ervan yang menyebut nama Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERVANA
Romance"Jadi pacar gue!" "H-hah?" "Jadi pacar gue Ervan!" sentak Vana memaksa cowok di hadapannya ini. Cowok polos sekaligus ketua Osis di sekolahnya, tidak tau mengapa ketika ada di hadapan cowok ini ia merasa mulutnya sangat ringan sekali untuk berbica...