Bab 2

174 81 39
                                    

Happy reading.....

*****

Vana kali ini mendribble bolanya dengan cepat, sebelumnya teman-temannya sudah pulang seusai latian hanya saja cewek ini tidak ingin pulang ke apartemennya.

Ya Vana tinggal di apartemen milik ayahnya, karena Vana sendiri yang tidak mau tinggal dengannya.

Ayahnya sudah memohon agar Vana bisa tinggal bersamanya tetapi selalu jawaban tidak yang setiap kali keluar dari mulut putrinya itu.

Begitu juga dengan Abang Vana, Dew Adijaya ia sudah bersikap dewasa untuk menasehati adik satu-satunya ini tetapi tetap saja Vana menolaknya mentah-mentahan, ia sudah memaklumi sikap Vana yang egois tetapi Dew mekmaluminya semata-mata karena ia sayang dengannya. Dan Dew tidak mau jika Vana hidup sendiri di apartemen ini.

Vana mengoper bolanya ke arah ring dan bola itu masuk dengan sempurna, bola itu memantul lalu cewek itu melanjutkan lagi mendribblenya.

Dan untuk kesekian kalinya cewek itu memasukkan bola basket nya ke ring entah mengapa percobaan terakhirnya meleset, karena Vana mengopernya dengan keras sekuat tenaga nya.

Bola melayang dengan cepat ke arah luar lapangan, "Aish, kenapa harus keluar sih!" geramnya.

Kemudian cewek itu berjalan santai menuju luar lapangan dan mencari bola nya yang terlempar tadi.

Namun, bukannya Vana melihat bola nya tetapi ia malah melihat Ervan yang sedang meringis kesakitan dan memegangi kepalanya yang terasa pening.

Posisi nya saat ini Ervan terjatuh dan terduduk di lantai, cowok itu terkena sasaran bola dari Vana sungguh sangat sial hari ini bagi Ervan!

"Van lo gakpapa?" tanya Vana yang sudah mengsejajarkan posisi Ervan.

"Ervan pus-,"

Seketika Ervan ambruk karena saking sakit di kepalanya, "Van! Van!" panggilnya seraya menggoyang-goyangkan lengan Ervan.

Vana nampak kebingungan dan menoleh ke kanan kiri nya ia tidak menemukan tanda-tanda orang lewat, ia terpaksa harus menggendong Ervan.

Cewek itu mulai mengangkat kepala Ervan dan menaruh di sela-sela lengan kirinya dan ia menyelipkan tangan kanannya ke sela-sela kaki Ervan. Vana mulai menggendong Ervan menuju UKS untuk di obati.

Ia sudah melupakan bola nya yang entah kemana, Vana akan mencarinya nanti saja atau besok.

"Buset! Ervan," sontak Aksa kaget dengan Ervan yang sedang di gendong oleh seorang cewek.

"Dia kenapa Van?" tanya Aksa yang sudah menampakkan wajah khawatirnya.

"Kepalanya kena bola," jawab Vana memberitahu, lalu Aksa manggut-manggut menandakan ia sudah mengerti.

Sesudah di depan UKS Aksa nampak bingung dan berbicara "Aduh gimana ya, gue gak bisa ngurusin Ervan Van gue banyak kerjaan," keluh Aksa.

Vana melirik Aksa dan menjawab, "Ini kan karena gue jadi gue yang tanggung jawab," ucapnya.

"Buset, kaya udah ngehamilin orang aja mau tanggung jawab," kekeh Aksa.

Setelah mengatakan itu Aksa langsung di pelototi oleh Vana dengan tatapan mautnya, "E-eh ya udah Van gue duluan, jagain Ervan ya," ucapnya.

Vana bergegas memasuki UKS karena tangannya yang sudah mulai pegal menggendong Ervan, cewek itu membaringkan Ervan dengan sangat pelan.

Vana langsung mengambil es batu yang ada di kulkas UKS nya sudah menyediakan kulkas untuk menyediakan es batu.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang