Bab 3

176 84 27
                                    

Happy reading.....

*****


"Gue pulang" ucap Vana seraya memasuki apartemennya.

Cewek itu selalu seperti itu jika memasuki apartemen, karena di dalamnya ada Dew, abang Vana. Tetapi tidak ada tanda-tanda Dew di apartnya ia hanya mengedikan bahunya acuh dan mengayunkan langkahnya ke kamar.

Ia membaringkan tubuhnya sangat lelah sekali untuk hari ini pikir cewek itu, selang berapa detik Vana akan memasuki alam mimpinya tetapi sudah ada suara berisik yang memanggilnya dari arah pintu kamarnya.

Dor! Dor! Dor!

Suara pintu yang di ketuk dengan keras, cewek itu berdecak kesal "Apa sih! Tinggal bukak aja!"

Mendengar perkataan dari dalam kamar Dew pun membuka handle pintunya ia cengengesan tidak jelas ternyata tidak di kunci ia kira pintunya terkunci dari dalam.

Dew melihat adik perempuannya sedang tertidur di ranjangnya ia pun mengulas senyumnya. "Vana, mandi dulu jangan langsung tidur," perintahnya.

"Iya ah nanti," geram Vana.

Mendengar jawaban Vana yang seperti itu membuat Dew menghela nafasnya pelan dan bersabar menghadapi adik ceweknya yang sangat bandel dan susah di atur.

Hari sudah sangat sore matahari sudah tenggelam di tempatnya adzan Maghrib juga mulai berkumandang Dew menggeram kesal. "Mandi sekarang Van, gak baik anak cewek mandi terlalu sore," ucapnya penuh pengertian.

"Ck! Iya iya,"

Cewek itu bangun dengan muka bantalnya lalu ia merangkak menuruni ranjangnya dan berjalan, "Ngapain masih disini? Mau liatin gue mandi?" celetuknya.

"Ogah!"

Dew langsung pergi dari kamar adiknya tidak lupa ia menutup pintu kamarnya, Vana menggaruk pipinya yang tak gatal rambut yang sudah acak-acakan dan mata yang masih tertutup setengah.

Ia berjalan santai ke arah kamar mandi, cewek itu langsung mandi dengan cepat dan setelahnya Vana menuruni anak tangga ia berniat untuk makan malam karena perutnya yang terus berbunyi sejak tadi saat di kamar mandi.

Vana memakai pakaian tidurnya dan ia melihat ada sosok perempuan yang duduk di meja makan.

"Loh Senja di sini?" tanya Vana dengan santainya.

Ketika cewek berambut pendek itu ingin menjawab pertanyaan Vana tetapi terpotong karena Dew yang menjawabnya terlebih dulu. "Lo ini ke Senja sopan dikit napa!" sentak Dew.

"Kok lo yang sewot sih Senja nya aja gak keberatan iya kan nja?" tanya Vana sambil menaik-naikan alisnya.

"Lo ya!" geram Dew pada Vana.

Senja melihat pertengkaran kecil antara kakak beradik ini kenapa mereka kadang akur dan kadang adu mulut heran Senja. "Udah-udah jangan berantem!" tuntas Senja melerai pertikaian antara Vana dan Dew.

Vana tersenyum kemenangan karena merasa terbela oleh Senja pacar abangnya. "Tuh dengerin!" ucap Vana.

Ia lalu duduk di kursi meja makannya dan mengambil nasi yang tidak seberapa banyaknya. "Kamu ini kalau makan yang banyak Van biar cepet besar,"  ucap Senja.

Vana tak menghiraukan ucapan pacar abangnya ini, ia langsung memakan ayam gorengnya dengan lahap karena saking laparnya.

"Oh iya Van nanti kita mau jalan-jalan kamu mau ikut?" ajak Senja dengan senyuman yang selalu terpampang jelas di wajah cantiknya.

"Kok kamu ajak dia sih sayang," gerutu Dew tidak terima.

Vana memutar bola matanya malas lagian siapa juga yang mau jadi nyamuk antara abangnya dan pacarnya? "Lagian gue juga ogah ikut kalian!"

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang