Happy reading.....
*****
Keesokan harinya, kini lapangan sudah dipenuhi oleh para siswa SMA Bhinabakti guru-guru pun terkadang menonton perlombaan basket yang seru kali ini karena sekarang adalah babak final dan hari clasmeeting yang terakhir.
Pertandingan sedang berlanjut kelas IPA 1 yang diketuai oleh Boby, Vana akui permainan Boby sangat terampil tetapi ia merasa tidak seterampil dirinya. Vana tidak ingin menyombongkan diri hanya saja ini opini dirinya sendiri.
Kini anggota Boby yang lain sedang menghadang Vana, bukannya merasa takut bahkan kini cewek itu tersenyum smirk pada lawannya ia melirik kanan kirinya lalu Vana melihat Angga yang berkode padanya untuk mengoper bolanya ke arah dia tapi Vana mengoper bolanya pada Hellena dan ditangkap olehnya.
Hellena mencetak gol dan mendapat poin 1, kini mereka bermain bola lagi dengan lihai dan bola sudah di kuasai oleh Rafael ia maju dengan percaya diri walaupun banyak lawan yang menghadangnya bukan berati nyalinya menciut bahkan kini Rafael sudah melompat setinggi mungkin dan gol! Rafael mencetak poin.
"Rafael semangat!" seru para siswa yang mendukung kelas IPS 3.
"Wooo!!"
"Hilih giliran Rafael yang masukin aja di sorakin gue tadi engga," gerutu Hellena yang masih didengar oleh Vana.
Ervan yang sedang berdiri di sisi lapangan dan melihat Vana yang sedang memainkan bolanya, di dalam hatinya semoga cewek itu yang menang bukan kelasnya. Ketua Osis macam apa ini? Tidak mendukung kelasnya untuk menang!
Bola basket di rebut oleh Boby dari tangan Vana ia menggiring bola untuk memasuki area lawan dan ia memasukan 1 poin untuk timnya mereka bersorak bahagia, tetapi Vana hanya menampilkan ekspresi biasa saja. Apakah mereka tidak melihat poinnya? Bahkan tim Vana sudah mencetak gol sudah banyak.
Kini bolanya sudah berada dalam kukungan Vana lagi ia menggiring bola dan melompat setinggi mungkin untuk memasukan bola ke ring lawan, dan bola masuk ke ring dengan mulus.
"Wow!"
"Yey menang! Yuhuu! IPS 3 nih bos senggol dong!"
"IPS 3 WOOOO"
"IPS 3 JAYA! JAYA! JAYA!"
Sorak Sorai terdengar jelas di telinga Vana dan untuk kesekian kalinya tim Vana selalu menang dalam perlombaan, walaupun ini hanya untuk clasmeeting dan untuk hiburan tetapi Vana selalu mempunyai ambisi tinggi untuk memenangkannya.
"Yes!" seru Ervan seraya menggenggam tangannya antusias.
"Lo kenapa dah Van," tanya Aksa yang sudah ada disampingnya.
Sontak Ervan kaget dengan kehadiran Aksa yang sudah ada di sampingnya, Aksa melihat ekspresi Ervan yang sedang terkejut "Lo kira gue hantu? sampe kaget kayak gitu," sinisnya.
Ervan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Bukan gitu, aku cuma kaget aja lagian sih Aksa main dateng-dateng aja!" gerutu Ervan.
"Gue tadi udah nanya lo loh Van sebelum gue dateng kesini," ucap Aksa.
"Lo ngapain tadi yas yes yas yes kayak gitu gak jelas banget!"
"Hehe"
Tim Vana saat ini sedang duduk mengatur deru nafasnya dan mengelap peluh keringat di dahi mereka, Angga menghampiri Vana dan berbicara "Maksud lo apaan Van? Gak pernah ngoper bola ke gue?!" protes Angga yang sedari tadi tidak menerimanya.
"Emang kenapa?" tanya Vana dengan entengnya.
"Maksud lo apaan hah? Lo selalu ngoper ke yang lain selain gue!" sarkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERVANA
Romance"Jadi pacar gue!" "H-hah?" "Jadi pacar gue Ervan!" sentak Vana memaksa cowok di hadapannya ini. Cowok polos sekaligus ketua Osis di sekolahnya, tidak tau mengapa ketika ada di hadapan cowok ini ia merasa mulutnya sangat ringan sekali untuk berbica...