Bab 25

91 55 22
                                    

Happy reading.....

*******





Gadis itu mulai beranjak dari kasurnya tapi pergerakan itu langsung di cegah oleh Ervan, Vana memberontak tapi tetap saja tidak bisa.

"Ga boleh ngapa-ngapain pokoknya kamu harus istirahat total," ujar Ervan.

Vana menghela nafasnya pelan mendengar larangan itu ia tidak bisa berkutik sekarang.

Ting!

Terdengar suara notifikasi pesan dari handphone milik Ervan, Ervan melihat pesan yang di kirim oleh Dew.

"Jadwal minum obatnya tolong bantuin ya obatnya ada di nakas,"

Ervan tersenyum membaca pesan dari Dew dan mulai mengetikkan sesuatu di benda pipih itu, tak luput dari padangan Vana ia terheran kenapa Ervan senyum-senyum sendiri saat memainkan handphone siapa yang mengirimi pesan? Apakah gadis lain? Pikir Van mulai kemana-mana.

"Dari siapa?," tanya Vana.

"Saatnya minum obat," ucap Ervan.

Vana menghela nafasnya pelan bukannya di jawab tapi Ervan mengatakan hal yang lain apakah Ervan tidak mengetahui isi hatinya ia sangat cemburu saat ini!

Ervan yang sedang mengambil obat di dalam nakas untuk di berikan oleh Vana setelah itu Ervan menuangkan air ke dalam gelas.

"Nih minum," ucap Ervan.

"Gak," tolak Vana.

"Vana kamu mau sehat lagi kan jadi minum obatnya," ujar Ervan.

"Gak ya gak gue gak mau minum obat Van!" sentaknya.

Ervan menghela nafasnya pelan mengingat betapa keras kepalanya gadis ini, tidak ada cara lain lagi ia harus melakukannya. Ervan meminum obat itu di dalam mulutnya dan meminum air yang berada di dalam gelas, Ervan mendekatkan dirinya pada Vana dan mencengkeram rahang Vana untuk membuka mulutnya.

Mulut Ervan dan Vana bertemu satu sama lain sontak membuat degup jantung Vana bertambah kali lipat, Ervan meminum air lagi dan memasukannya pada mulut Vana. Vana langsung meminumnya dengan cepat.

"Lo gila!" sentak Vana.

Uhuk! Uhuk!

"Telen dulu obatnya baru ngomong," kekeh Ervan melihat gadis itu bersemu malu.

Vana yang masih tersedak memukul mukul dadanya sendiri agar tidak batuk lagi.

"Ervan lo gila?,"

"Iya gue gila karena lo," ucapnya dengan santai.

Belum sempat Vana menjawab perkatannya langsung di potong lagi oleh Ervan. "Gue tidur sini,"

"Gak, gak boleh!" sentak Vana.

"Loh kenapa Van?" tanya Ervan.

"Lo bahaya!" teriak Vana menggelegar seluruh ruangan.

Ervan terkekeh melihat kelakuan Vana. "Bang Dew katanya gak bisa pulang jadi dia yang suruh gue buat tidur di sini," ucap Ervan.

Vana sudah marah terlebih dulu ia tidak peduli mau tidur di sini atau tidak ia tidak peduli! Ervan yang melihat raut wajah Vana yang merah padam terkikis geli, bukannya terlihat menakutkan tapi sangat menggemaskan.

"Aku tidur dimana?," tanya Ervan.

Gadis itu dengan senang hati menunjuk ubin marmer yang mungkin dingin.

"Kok di situ gak di sebelah kamu aj-" ucap Ervan yang terpotong.

"Gila lo ya!" marah Vana.

Vana memejamkan matanya sebentar memendam semua amarah ini lama-lama bersama Ervan ternyata menguras emosi juga, ia menghela nafasnya pelan mencoba tersenyum.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang