Bab 26

79 54 20
                                    

Happy reading.....

*******







Aca menuntun Vana dengan pelan takut terjatuh atau kenapa-napa dan Vana mendarat di tempat duduknya dengan selamat.

"Akhirnya selamat," ucap Aca.

"Selamat kenapa Ca?," tanya Vana yang masih bingung.

"Selamat anda duduk dengan sempurna tanpa ada kendala," kekeh Aca yang di penuhi dengan gelak tawanya yang sangat garing.

Vana memutar bola matanya malas ia sangat menyesal bertanya seperti tadi ia lupa jika Aca memang serandom ini. Ia melihat ke arah sekitar mencari keberadaan Hellena, apakah gadis itu belum berangkat? Pikirnya.

"Hellena belum berangkat?," tanya Vana.

"Gak tau biasanya juga jam segini udah berangkat kok," jawab Aca.

Mereka berdua cerita-cerita dengan hal yang sangat random dalam pikiran Aca. Dan selang beberapa menit muncul Hellena dengan nafas yang menderu.

"Lo kok baru berangkat udah mau telat nih," seru Aca.

Hellena yang masih sibuk mengatur nafasnya dan mencari tempat duduknya tanpa memedulikan pertanyaan Aca.

"Loh lo udah boleh berangkat Van?," tanya Hellena.

Hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Vana. Lanjut pembelajaran di mulai dengan lancar tanpa ada kendala sesekali guru itu menyanyi kabar Vana yang sudah seminggu lebih tidak berangkat Sekolah lalu Vana pun menjawab seadanya.

Kring..... Kring..... Kring.....

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring semua siswa pergi ke kantin dengan teman-temannya dan ada juga dengan pacarnya. Vana, Aca dan Hellena akan pergi ke kantin namu di hadang oleh Ervan yang sudah berada di depan pintu kelasnya.

"Sini biar Vana sama gue aja," ucap Ervan langsung mengambil alih Vana, ia menarik pergelangan tangan Vana dengan pelan menuju kantin.

"Malesin ah! Gue juga mau sama Vana!" protes Aca.

"Sini biar lo sama gue aja," ucap Aksa yang tiba-tiba sudah ada di samping Aca.

Tidak jadi kesal Aca jadi sumringah sendiri karena ada Aksa lagi pula Hellena sudah sama Angga hanya Rafael yang selalu membuntuti Aksa dan Aca.

"Sana dah lo sama siapa ngikutin gue mulu!" kesal Aca.

"Ye kenapa lo marah marah Aksa aja gak marah," ucap Rafael membela dirinya sendiri.

"Udah biarin," ujar Aksa.

Di meja pojok sudah ada Ervan dan Vana yang sedang memakan makanannya dengan Ervan yang selalu mengamati wajah Vana dengan intens. Vana yang melihat itu menjadi malu karena ini di tempat umum apalagi di kantin sangat ramai siswa berlalu lalang.

"Udah Van makan jangan liatin aku terus," ucap Vana tanpa melihat Ervan yang masih tetap mantapnya.

"Pengin liatin kamu terus," ucap Ervan.

Vana menghela nafasnya pelan percuma saja ia menegur Ervan tanpa di dengarkan olehnya.

Di meja seberang ada yang selalu melihat intens Vana dan Ervan dengan tatapan yang tidak menyukai keduanya, bahkan ia sudah mengepalkan tangannya dan memendam amarah.

"Gue ke toilet dulu," pamit gadis itu pada temannya yang lain.

Sesampainya di toilet ia mengambil benda pipih di saku seragamnya dan mulai percakapannya pada seseorang di seberang telepon.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang