Bab 6

154 79 25
                                    

Happy reading....

*****

"Tapi enak kan?"

Ervan bingung ingin menjawab apa ia hanya diam dan membuntuti Vana yang sudah duduk di sofa rotroof.

Cowok itu sudah duduk di sebelah Vana dan melihat intens wajah cewek itu yang kini sudah berstatus menjadi pacarnya, bola mata yang biru rambut coklat yang lurus dan hidung yang mancung sungguh pahatan yang sempurna dan semua yang ada pada Vana kini Ervan mulai menyukainya.

Vana melirik Ervan sekilas yang sedari tadi melihatnya dengan mata yang berbinar-binar. "Ngapain lo liatin gue terus," heran Vana.

"Vana kamu cantik," jawab Ervan seraya tersenyum simpul.

"Gue juga tau kalau gue cantik," kekehnya.

Vana melanjutkan menghisap rokoknya yang tadi di tinggal. "Vana kamu kenapa ngerokok, kamu itu cewek gak baik buat kamu apalagi jantung sama paru-paru kamu," nasihat Ervan.

"Kenapa emangnya? Lo mau cobain? Ini enak loh," ujar Vana seraya menghisap lalu mengepulkan asap rokoknya tepat di hadapan cowok berkacamata itu.

Uhuk! Uhuk!

Ervan mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajahnya dia tidak sengaja menghirup asap rokok Vana yang tadi di semburkan kepadanya, sungguh sangat menyebalkan tapi tidak apa untung saja pacar batin Ervan.

"Lo gak laporin gue kalau gue ngerokok?" tanya Vana.

Lalu Ervan menggeleng dengan cepat. "Buat kamu enggak dulu," ucap Ervan.

Vana tersenyum girang lalu mengacak-acak rambut Ervan. "Pinter, sama pacar gak boleh perhitungan." ungkapnya.

Cowok itu tersenyum malu lagi-lagi ia di buat salting oleh Vana, setelah menghisap rokok untuk terakhir kalinya kini Vana mematikan putung rokoknya dan membuangnya ke sembarang arah. Baru saja Ervan ingin menegurnya tiba-tiba kepala Vana sudah ada di pangkuannya.

"V-vana kamu ngapain?" tanya Ervan sedikit gugup pasalnya ia tidak pernah sedekat ini dengan perempuan lain kecuali bundanya.

"Gue mau tidur sebentar,"

Kedua mata Vana mulai tertutup rapat helaan nafasnya sudah mulai teratur, mungkin Vana sudah di alam mimpinya batin Ervan.

Ervan sudah tidak segugup tadi ia sudah mulai terbiasa dengan sikap Vana, cowok itu mulai mendekatkan tangannya ke arah wajah Vana ia mengelus rambut Vana dengan perlahan dan penuh kasih sayang tanpa di perintah senyuman kecil terbit di wajah lucu Ervan.

Cekrek!

Hari kini sudah berganti sore Ervan masih setia dengan memangku kepala Vana yang sedang tertidur pulas di atas pahanya, tidak terasa Ervan ikut tertidur dengan bersandar pada sandaran sofa.

Cowok itu terbangun dan melihat hari yang sudah sore Vana masih tertidur dengan sangat pulasnya sampai Ervan tidak tega jika ia membangunkan gadisnya.

Ia menoel-noel pipi Vana yang sangat kenyal, sadar jika ada yang menyentuh pipinya kini Vana terbangun dari tidur lelapnya. Vana yang masih mengumpulkan nyawanya dan Ervan yang tersenyum melihat muka bantal Vana, kemudian Vana mengulet dan menguap.

"Hoam! Loh udah sore? Gue tidur lama berati, Van kaki lo gak semuten kan?!'' tanya Vana yang bertubu-tubi, dan dibalas dengan gelengan kecil oleh Ervan.

Seketika tangan Ervan terulur untuk menata rambut Vana, dan. "Heh kalian ngapain?!" teriak Aksa yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu rotroof.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang