Happy reading......
*******
Ervan mengambil pistol yang ada di genggaman Yorcha ia memegang kuat pistol itu kemudian mengarahkannya ke arah Vana.
Di dalam hati Vana ia takut, ia takut jika ia mati di tangan Ervan tapi jika itu Yorcha ia mengiklaskhannya.
Tetapi Ervan tidak sebodoh itu ia langsung berbalik badan dan menendang kaki perempuan di sebelahnya lalu menyodorkan pistol tepat di kepala Yorcha.
"ERVAN!" Yorcha menggeram marah.
"Gue gak sebodoh itu Cha!" tegas Ervan.
Dan di saat itu juga bodyguard Yorcha langsung memasuki ruangan tersebut dengan di pimpin Angga yang sudah siap dengan pistol menghadap ke arah Vana.
Keadaan menjadi rumit Ervan sedang berfikir keras untuk mencari jalan keluar dan ia sedang menunggu bantuan datang tetapi tak kunjung datang.
Suara sirene terdengar dari luar rumah kosong tersebut semuanya nampak panik dan Yorcha memicingkan matanya menghadap Ervan.
"Pengkhianat lo Van!" sarkas Angga.
Dor!
Vana langsung berdiri dan melindungi Ervan dengan memeluknya peluru itu terkena bahu Vana. Keadaan menjadi hening semua mata tertuju ke arah Vana, darah bercucuran dari bahu gadis itu bahkan Vana memuntahkan darah dari mulutnya. Vana merasakan degup jantung Ervan yang berpacu cepat dan nafasnya yang menderu.
"Van... Vana," lirih Ervan.
"Semuanya angkat tangan!" tegas pak polisi dengan mengacungkan pistolnya ke arah depan.
Semua yang berada di ruangan itu angkat tangan tanpa memberontak. Di susul dengan Dew, Aksa dan Rafael bahkan Marvin pun ada.
Dew sebagai abang Vana melihat adiknya yang memeluk Ervan dengan darah masih mengalir, ia marah siapa pun yang menyelakai adik tersayangnya ia akan balas dendam entah siapa pun itu. Dia benci Yorcha! Dia benci!
"Yorcha! Lo apain adik gue!" teriak Dew menggelegar.
Di saat Ervan masih menangisi keadaan Vana ini adalah kesempatan bagi Yorcha. Yorcha mengambil pistol di genggaman Ervan yang sedang lengah dan ia memutar balik keadaan sekarang pistol itu tepat di samping kepala Ervan, Yorcha berjalan dan mengisyaratkan kepada yang lain untuk mengikutinya.
Angga mengikuti Yorcha dan ia di sebelahnya mereka menaiki anak tangga terakhir menuju atap rumah ini, Ervan pasrah dia hanya berdiam diri entahlah apa yang ia pikirkan sekarang jika ia mati itu tidak akan menjadi masalah.
Sesudahnya menuju atap Dew dan yang lainnya menyusul, Vana telah di bawa ke rumah sakit untuk di obati.
"Mau Lo apa Cha?" tanya Dew.
"Mau gue apa? Mau gue udah di depan mata! Tapi kalian semua hancurin rencana gue!" hardik Yorcha dengan berteriak frustasi.
"Angga lo pengkhianat yang sesungguhnya Ngga! Gue kira kita temen tapi lo jahat." cerca Rafael.
"Gimana nasib Hellena kalo dia tau semua ini Ngga!" teriak Marvin.
"Cih! Gue gak peduli. Gue emang sayang sama Hellena tapi rasa sayang itu luntur karena kalian semua terutama Vana yang hancurin gue ngerti!" ucap Angga.
Ervan sadar dari lamunannya sendiri untuk saat ini ia tidak boleh menyerah, masih ada harapan untuknya melihat Vana kembali. Ia masih ingin melihat senyum gadisnya ia masih ingin tertawa bersama Vana.
Cowok itu memelintir tangan Yorcha dan menghadapkannya ke arah kepala gadis itu. Dan di saat itu mereka berkelahi dengan Angga dan yang lainnya.
Dew melawan Angga satu lawan satu lagi pula Dew sudah tersulut emosi sejak tadi ia sudah bersabar menahannya agar tidak gegabah dan saat ini ia ingin menghabisi lawannya saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERVANA
Romance"Jadi pacar gue!" "H-hah?" "Jadi pacar gue Ervan!" sentak Vana memaksa cowok di hadapannya ini. Cowok polos sekaligus ketua Osis di sekolahnya, tidak tau mengapa ketika ada di hadapan cowok ini ia merasa mulutnya sangat ringan sekali untuk berbica...