Bab 8

145 78 29
                                    

Happy reading......

*****

Pagi yang cerah sudah bersinar tentunya dengan senyuman mentari yang terbit di wajah lelaki itu, senyuman yang sangat manis dan tidak pernah pudar sedari tadi, tidak! Mungkin setiap hari ia selalu tersenyum. Tapi karena hari ini sangat spesial jadi ia tersenyum dengan tulus pagi ini.

Tingtong! Tingtong!

Suara bel terdengar nyaring di indra pendengaran Vana ia sangat terganggu dan berdecak kesal karena ada orang yang berani mengganggu tidurnya.

"Ck! Siapa sih ganggu aja!" kesalnya.

Cewek itu berjalan keluar kamarnya dengan muka yang masih acak-acakan, dan ia melihat abangnya yang sedang tidur di sofa depan tv kenapa tidak dia saja yang membuka pintunya?

Vana melempar bantal ke arah Dew sontak Dew terbangun dengan wajah polosnya, "Apaan sih lo ganggu aja!" kesalnya.

"Lo yang ganggu, ada tamu bukannya dibukain kek!" protes Vana.

"Kalo ada lo kenapa harus gue,"

Ia berdecak kesal lalu menghentakkan kakinya dan berjalan untuk membukakan pintu apartemennya, ketika pintu sudah dibuka sudah ada pemandangan dengan cowok yang memegangi tali tasnya dan kacamata yang selalu bertengger di hidung mancungnya.

"Pagi Vana!" seru Ervan mengucapkan selamat pagi pada pacarnya.

Bukannya menjawab sapaan dari Ervan tapi ia kesal dengan cowok yang ada di depannya ini. "Lo ngapain sih pagi-pagi kesini!" kesalnya.

"Kan kita mau belajar bareng buat ulangan harian besok masa kamu lupa sih!" ujar Ervan.

"Iya gue tau, tapi gak sepagi ini juga kali!"

Ervan menggulung sweter panjangnya dan melihat jam nya yang bertengger di tangan kanannya ia melihat jam yang sudah pukul 10.00 pagi ia mengernyit heran bukannya sekarang sudah mulai siang tapi kenapa Vana masih menyebutnya pagi?

"Sekarang udah jam 10 ini mau siang bukan pagi lagi Vana." seru Ervan membela diri.

Vana lagi-lagi berdecak kesal. "Siapa sih Van berisik banget!" protes Dew dan menghampiri Vana yang ada di ambang pintu.

Ervan melihat dua manusia dihadapannya ini pikiran aneh mulai muncul di otaknya dua orang dengan muka bantalnya dan dua lawan jenis yang tinggal di apartemen yang sama, jangan-jangan?!

"Dia siapa? Kok bisa sama kamu? Apa jangan-jangan kalian?!" tanya Ervan yang bertubi-tubi.

"Heh!" sentak Dew.

"Gak usah mikir yang aneh-aneh dia abang gue!" hardik Vana membenarkan jalan pikir Ervan yang sangat ambigu.

Ervan hanya manggut-manggut tanda mengerti, Vana masuk dan diiringi dengan Dew dan Ervan yang ada di belakangnya.

"Bang ajak dia ngobrol, gue mau mandi." ucap Vana.

"Ya udah sono! Sekalian tuh bersihin bekas iler lo!" ledek Dew dan seketika ia dipeliriki dengan tatapan tajam Vana, Ervan terkikik geli dengan tingkah laku kakak beradik ini.

"Lo ngapain dah ketawa?" tanya Dew sambil bergidik ngeri di samping Ervan karena dia tiba-tiba senyum-senyum sendiri tidak jelas.

2 lelaki ini sekarang duduk di sofa, "Btw lo namanya siapa? Terus siapanya Vana? Temen? Pacar? Apa babunya?" tanya Dew.

Ervan mendengus kesal dengan perkataan Dew yang terakhir apakah babu harus di sebutkan dalam perkataannya?! "Aku Ervan, pacarnya Vana" jawab Ervan.

"Pftt! Ngimpi kali lo jadi pacarnya Vana, lo itu bukan type dia banget asli!" kekeh Dew dengan tawa yang ia buat-buat.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang