Bab 34

64 38 11
                                    

Happy reading....

******



Sepulang sekolah Vana pergi ke kelas Ervan dan mencari-carinya tetapi Ervan tidak menampakkan batang hidungnya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Aksa.

"Ervan udah pulang awal tadi," ucapnya.

"Oh gitu ya udah makasih Sa," ucap Vana seraya pergi meninggalkan Aksa.

Tidak usah di pikir tentang Ervan sekarang pikiran Vana sudah fokus kembali tujuannya kali ini ia akan pergi ke perumahan Griya dan mencari lokasi rumah tersebut.

Di saat ia berjalan di koridor ia mendengar petikan gitar dan suara nyanyian lelaki yang merdu seketika langkah kakinya terhenti begitu saja entah kenapa ia ingin melihat siapa yang menyanyi karena suaranya tidak familier untuknya.

Vana melihat dari celah jendela dan melihat Angga yang sedang bermain gitar ketika petikan gitar itu habis suara tepukan tangan terdengar jelas di telinga Vana. Lantas ia mengedarkan pandangannya melihat seisi ruangan tersebut betapa kagetnya ia melihat ada Yorcha di sana.

Gadis itu mencoba untuk sabar dan tenang ia tidak mau gegabah dan alhasil merusak semua rencana yang sudah ia susun.

Vana memicingkan matanya melihat sosok Yorcha yang sangat dekat dengan Angga. Sejak kapan Angga dekat dengan Yorcha? Batinnya. Apakah Hellena tau tentang ini? Banyak pertanyaan yang terbesit di dalam pikirannya.

Sebelum ia pergi meninggalkan koridor Vana sempat memfoto kejadian itu dan pergi begitu saja meninggalkan koridor. Sekolah saat ini sudah sangat sepi hari sudah sangat sore dan waktu Vana sudah sangat sempit ia harus ke suatu tempat untuk memastikannya.

Vana langsung menancap gas nya dan menjalankan motornya ke lokasi yang sudah Aziz kirim.

10 menit berlalu untuk perjalanan untung saja hari ini tidak macet dan di sini Vana sedang mencari rumah seseorang, hati Vana kini berdebar sangat kencang apa yang ia duga apa yang ia pikirkan itu adalah kebenaran yang selama ini ia alihkan.

Di depannya kini adalah rumah Angga terpampang jelas rumah bertingkat dua dengan cat bernuansa coklat.

Pikirannya kembali mengulang kejadian tadi di koridor jangan sampai yang ia pikirkan saat ini adalah kebenaran lagi.

Setelah memastikannya ia pergi ke apartemen nya untuk beristirahat dan merehatkan pikirannya yang sudah mulai kacau.

Di kamarnya, Vana sedang melihat foto jejak sepatu yang di kirim Aziz tadi siang.

Sepatu itu panjang perkiraannya ukuran 44 itu sudah lumayan panjang untuk kaki laki-laki. Dan gadis itu yakin sekali jika ukuran itu adalah ukuran sepatu Angga.

Vana sedari tadi hanya berguling ke kanan ke kiri dan ke atas ke bawah. Gadis itu bergerak tidak nyaman di atas kasurnya karena gelisah memikirkan sahabatnya sendiri yang berkhianat dan ia kini semakin membenci Yorcha.

Gadis itu bangkit dari tidurnya kemudian berjalan menuju balkon dan duduk di sofa yang ada di balkon ia mengambil rokok yang ada di depan meja dan Vana mulai merokok untuk menghilangkan rasa stresnya. Entahlah ia harus apa sekarang pikirannya di penuhi pertanyaan-pertanyaan yang belum ada jawabannya padahal semuanya sudah jelas tapi ia masih ragu.

"Ini semua gara-gara lo Cha!" sarkas Vana penuh dengan dendam.

Tangan Vana terkepal kuat kemudian memukul meja kaca yang ada di depannya, tanpa ia sadari tangannya berlumuran darah dan masa bodo dengannya ia hanya ingin melampiaskan emosinya dan rasanya memukul meja saja kurang puas. Sekarang Vana ingin memukul orang dan ingin menghabisinya!

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang